Tak Berkategori  

Sejarah Singkat Sungai Buaya di Basirih

BANJARMASIN, KORANBANJAR.NET – Sungai Buaya adalah nama sungai kecil yang berada di Desa Sungai Bahaur, Jalan Tembus Mantuil, Kelurahan Basirih Selatan, Kecamatan Banjarmasin Selatan, yang ternyata memiliki sejarah dalam penamaannya.

Menurut, warga setempat, Anang Suriani, Sungai Buaya sudah ada sebelum dirinya tinggal di kampung yang dulunya disebut Kampung Panggalungan itu.

“Dulunya disebut Kampung Panggalungan karena orang-orang tua dulu banyak bekerja sebagai tukang galung (gulung) rotan. Nah mengapa sungai di sini disebut sungai buaya, karena menurut cerita orang tua kita dulu ada dua orang sedang mencari ikan di dalam sungai itu dengan cara menempirai (perangkap ikan yang terbuat dari bambu),” ujarnya kepada koranbanjar.net, Minggu (9/6/2019).

Ketika mereka sedang asik mencari ikan, lanjut diceritakan Anang, tiba-tiba muncul seekor buaya hingga membuat mereka terkejut dan langsung berteriak “buaya”.

“Sejak itulah sungai itu dinamakan Sungai Buaya,” tutur pria tua berusia 60 tahun itu.

Anang mengatakan buaya tersebut kala itu bersarang dan bahkan sempat bertelur di sungai yang sekarang sudah berdiri puluhan rumah itu. Ia mengungkapkan bagi warga yang mempercayai buaya tersebut, hingga saat ini masih melalukan tradisi memberi sesajian kepada buaya itu

“Masih ada beberapa orang tua di sini yang masih melakukan tradisi lama, yaitu tiap tahun memberi makan buaya peliharaan secara gaib, dengan cara memberi sesajian di sungai ini,” ungkapnya sembari menunjuk ke arah sungai.

Di atas sungai membentang jembatan kayu yang panjangnya sekitar 10 meter. Menurut Anang jembatan tersebut sangatlah bersejarah karena dibangun sejak zaman penjajahan Belanda.

“Kira-kira umur jembatan (sekarang sudah diperbarui) itu sekarang sudah hampir 80 tahun. Menurut orang tua disini dibangunnya pada zaman Belanda,” ujar laki-laki yang juga sebagai seniman itu.

Menurutnya, air Sungai Buaya dan Sungai Bahaur dulunya sangat jernih dan digunakan warga untuk minum. Namun sekarang sudah tercemar karena selain banyaknya sampah, juga akibat racun pencari ikan.

Ia berharap kepada pemerintah setempat untuk menertibkan masyarakat yang mencari ikan dengan menggunakan obat kimia di Sungai Buaya.

“Sekarang sangat sulit mencari ikan dan udang. Dulu cukup dengan memancing sudah bisa mendapatkan berpuluh-puluh ekor ikan. Kami berharap pemerintah supaya menertibkan orang-orang yang sering membunuh ikan dengan cara memberikan obat kimia, kasihan masyarakat di sini,” pungkasnya. (al)