Sejarah Berdirinya Museum di Kalsel, Peninggalan Belanda

Salah satu spot dan koleksi barang di Museum Lambung Mangkurat, Kalsel. (Sumber foto: MJ-37)

Sejarah berdirinya Museum Lambung Mangkurat yang terletak di Kelurahan Komet, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) ternyata peninggalan dari Pemerintah Belanda, pada tahun 1907.

BANJARBARU, koranbanjar.net – Dulunya, museum ini bernama Museum Borneo yang terletak di Banjarmasin. Pada masa penjajahan Jepang, Museum Borneo diberhentikan fungsinya, lalu kembali dibangun dengan nama Museum Kalimantan pada tahun 1955.

Saat itu, koleksinya berupa barang pribadi milik Amir Hasan Kiai Bondan. Namun sayang, tempat itu tidak bertahan lama akibat terjadinya kebakaran.

Kemudian, museum mulai dibangun kembali pada tahun 1974 yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef pada tanggal 10 Januari 1979. Akhirnya, nama Lambung Mangkurat diambil untuk museum ini dari cerita tokoh rakyat Hikayat pada Kerajaan Banjar.

Beberapa koleksi yang berada di Museum Lambung Mangkurat sampai sekarang, yaitu :

1. ​Alat Musik Tradisional
Peralatan musik tradisional dibuat dari bahan alam seperti kayu, bambu, kulit bintang dan serat tanaman. Sifat lentur, seratnya yang kuat serta keuletan dari bahan yang digunakan memungkinkan peralatan musik dibentuk untuk menghasilkan bunyi-bunyi indah yang diinginkan.

Peralatan musik dimainkan dengan nada pentatonik, diatonik, gesek, tiup dan pukul. Ada kalanya, alat musik itu dimainkan kolosal misalnya pada kesenian hadrah untuk mengantar pengantin adat Banjar, pejabat, atau tamu Negara.

Alat musik tradisional diantaranya seperti tarbang haderah, payung ubur-ubur, kuriding, sarunai, panting, gendang, katambung dan kecapi.

2. ​Peralatan Ladang Menetap
Bertani dengan sistem lahan menetap (persawahan) merupakan mata pencaharian terbesar penduduk Kalimantan Selatan sampai sekarang.

Sesuai dengan keadaan alam daerah ini. Bersawah di Kalsel dengan teknik sawah tadah hujan, pasang surut, bahuma surung dan bahuma rintak.

Terdapat perbedaan teknik diperlukan peralatan yang tepat agar dapat berdaya guna. Contoh alat ladang yang dimaksud seperti tajak surung, tajak bulan, parang parumputan, tantajuk wayang, asak kuku kambing, parang kari, parang mancabut lacak, ranggaman, lanjung, dan tangkiring.

3. ​Peralatan Berburu dan Meramu
Berburu, meramu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal dari evolusi sosial manusia.

Beberapa nama alat berburu dan meramu yang terdapat dimuseum yaitu upat, tarumpah, kapak, parang pambalokan, sapung, kurungan burung, sarapang, suar, jabak burak-burak, dan tombak.

4. Ukiran Kayu
Mengukir kayu memerlukan keahlian tukang dengan teknik gores, bentuk dan pahat dalam memproduksi benda agar halus.

Selain pembuatannya yang rumit, benda ukiran kayu ternyata banyak mengandung arti simbol perlambangan melalui ragam hias tanah.

Barang koleksi yang disebutkan di atas hanya sebagian, masih banyak koleksi lainnya.

Nah, selain barang koleksi juga terdapat budaya masyarakat Banjar yang biasanya diadakan di museum tersebut, yakni ​Upacara Baayun Maulud.

Upacara ini dilaksanakan bersamaan dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Saat pelaksanaan, anak diayun pada ayunan khusus yang diberi berbagai hiasan janur dan kelengkapan upacara lainnya antara lain piduduk dan padupaan.

Ketika upacara berlangsung pemimpin acara membacakan syair-syair maulid dan salawat, kemudian anak diayun sembari dibacakan asyraaqal. Kemudian, dilanjutkan dengan upacara tapung tawar.

Demikianlah sejarah berdirinya Muse[m di Kalimantan Selatan. Kunjungin yuk, biar tak penasaran! (MJ-37/YKW)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *