Tak Berkategori  

Sayyidina Ali bin Abi Thalib (Bagian 2); Satu Tebasan Pedangnya, Membelah Tubuh Musuh Dua Bagian

Khalifah keempat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib dikenal sangat pemberani. Bahkan Rasulullah Saw menyerahkan bendera panji peperangan kepada Sayyidina Ali. Dalam satu peperangan, seperti perang Khaibar, Sayyidina Ali Ra mampu membunuh seorang musuh, hanya dengan satu kali tebasan, tubuh musuh terbelah dua bagian.

Usai Perjanjian Hudaibiyah, perjanjian perdamaian antara kaum muslimin dengan Yahudi, kemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian itu, sehingga pecah perang melawan Yahudi. Kala itu, pasukan Yahudi bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kukuh. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi Saw bersabda:

“Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya”.

Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan itu. Namun, tenyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani, bernama Marhab, lalu Sayyidina Ali menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.

Baca Juga : https://koranbanjar.net/sayyidina-ali-bin-abi-thalib-bagian-i-rasulullah-saw-memanggil-abu-turab-gelar-yang-paling-disukai-ali/

Sayyidina Ali Menjadi Bintang

Sebelum peristiwa perang Khaibar, sesaat setelah Sayyidina Ali menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan di samping Hamzah, paman Nabi Saw. Banyaknya Quraisy Makkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tetapi semua sepakat dia menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda, sekitar 25 tahun.

Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.

Baca Juga : https://koranbanjar.net/kisah-hikmah-26-awal-cinta-sayyidina-ali-terpaut-dengan-fatimah-azzahra/

Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi Saw, Ahlul Bait dan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai’at-an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah Saw. Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali membai’at Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya Rasulullah Saw demi mencegah perpecahan dalam umat.

Ada yang menyatakan bahwa Sayyidina Ali belum pantas untuk menyandang jabatan khalifah, karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.

Baca Juga : https://koranbanjar.net/inilah-keutamaan-baca-salawat-nabi-meski-hanya-3-kali-tiap-hari/

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah ‘Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain, selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa dia.

Sehingga akhirnya Sayyidina Ali menerima bai’at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang dibai’at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Baca Juga : https://koranbanjar.net/keistimewaan-syekh-samman-al-madani-kewaliannya-hanya-terjadi-pada-periode-200-tahun-sekali/

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat muslim terjadi saat masa pemerintahannya. Pertempuran Basra. 20.000 pasukan pimpinan Sayyidina Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu’minin Aisyah binti Abu Bakar, Istri Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan pihak Sayyidina Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan, karena fitnah yang sudah telanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) Nabi Muhammad Saw ketika masih hidup. Diperparah hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut.

Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Pertempuran Shiffin yang melemahkan kekhalifahannya juga berawal dari masalah tersebut. Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara, karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya.

Pada tanggal 19 Ramadan 40 Hijriyah, atau 27 Januari 661 Masehi, saat sholat di Masjid Agung Kufah, Ali diserang oleh seorang Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam. Dia terluka oleh pedang yang diracuni Abdurrahman bin Muljam saat ia sedang bersujud ketika sholat subuh.

Sayyidina Ali memerintahkan anak-anaknya untuk tidak menyerang orang Khawarij tersebut, Ali malah berkata bahwa jika dia selamat, Abdurrahman bin Muljam akan diampuni sedangkan jika dia meninggal, Abdurrahman bin Muljam hanya diberi satu pukulan yang sama (terlepas apakah dia akan meninggal karena pukulan itu atau tidak).

Sayyidina Ali meninggal dua hari kemudian pada 29 Januari 661 (21 Ramadan 40 Hijriyah). Kemudian Sayydina Hasan bin Ali memenuhi qisas dan memberikan hukuman yang sama kepada Abdurrahman bin Muljam atas kematian ayahnya, Ali.

Baca Juga : https://koranbanjar.net/dua-pesan-rasulullah-saw-menjelang-wafat-yang-harus-diketahui/

(selesai/sumber:wikipedia.org/sir)