Religi  

Refleksi 4 Tahun Sahbirin-Rudy: IPM Rendah, Pembangunan Tak Berubah

BANJARMASIN, Koranbanjar.net – Kepemimpinan Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor bersama Wakilnya, Rudy Resnawan, telah memasuki periode akhir. Namun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sasangga Banua menilai, kinerja dan pencapaian mereka masih kurang memuaskan masyarakat.

Bahkan, dikatakan, indeks pembangunan manusia (IPM) di Kalsel masih rendah.

“Kalau tidak salah, IPM Kalsel sekarang berada di urutan 26,” ujar Ketua LSM Sasangga Banua, Muhammad Dedi Permana.

Padahal, dikatakan Dedi, dengan sumber daya alam Kalsel yang melimpah, harusnya pemerintah daerah  lebih bisa memanfaatkannya untuk mencerdaskan masyarakat.

Itu disampaikan Dedi usai diskusi publik bertema Apa dan Sejauh Mana Masyarakat Kalsel Mendapatkan dan Menikmati Hasil Pembangunan, Senin (17/2/2020). Diskusi itu dalam rangka merefleksi empat tahun kepemimpinan Sahbirin Noor dan Rudy Resnawan di Kalsel.

Kemudian, di sisi lain, pembangunan Kalsel juga dinilai belum begitu banyak perubahan. Terlebih terkait infrastruktur akses jalan.

“Seperti akses jalan Banjarmasin-Hulu Sungai yang hingga kini belum ada perubahan, katanya,” katanya.

Harusnya, tambah Dedi, pemerintah daerah dapat meningkatkan kuantitas serta kualitas jalan raya di Banua Anam (sebutan wilayah hulu di Kalsel; Kabupaten Tapin, HSS, HST, HSU, Tabalong, Balangan).

Sementara menurut salah satu peserta diskusi, Muhammad Uhaib As’ad, sejauh ini Kalsel hanya bergantung pada sumber daya alam, tidak berpikir ke arah sumber daya manusia.

Refleksi 4 Tahun Sahbirin-Rudy: IPM Rendah, Pembangunan Tak Berubah 1
Muhammad Uhaib As’ad turut mengkritisi pemerintahan Sahbirin Noor dan Rudy Resnawan. (Foto: Agus Hasanudin/Koranbanjar.net)

“Saya pikir tidak ada negara yang miskin, yang ada hanya pemimpin berpikiran miskin,” tukasnya.

Dosen Fisip Uniska itu menekankan, Kalsel tidak boleh hanya bergantung dari sumber daya alam saja. Sebab, menurutnya sumber daya alam seperti batu bara atau lainnya tidak bisa diandalkan

“Pemerintah harus bisa mencari terobosan dan inovasi untuk meningkatkan sumber daya manusia,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Seksi Neraca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel Fahri Dayni mengatakan, pertumbuhan ekonomi Kalsel dari 2016 ke 2019 memang menurun. Faktor paling mempengaruhi penurunan itu adalah anjloknya harga batu bara.

Selain itu, virus corona yang merebak di Wuhan, Cina, juga berdampak pada penurunan ekonomi di Kalsel.

“Dari penelitian BPS, hanya empat persen masyarakat Kalsel yang bisa menikmati hasil pertambangan di Kalsel,” ucapnya.

Diskusi publik dilaskanakan dengan tujuan berbagi informasi secara independen kepada masyarakat.

Seperti diketahui, periode keempat (periode 2016-202) Gubernur Sahbirin bersama Wagub Rudy merupakan periode akhir mereka memimpin Kalsel. Itu lantaran Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalsel turut dilaksanakan serentak tahun ini. (ags/dny)