Program Bina Desa Adaro, Rancah Mampulang Mampu Tingkatkan Ekonomi Warga

Rancah mampulang di Desa Balida Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan jadi distinasi wisata menarik yang mampu meningkatkan ekonomi warga desa. (Sumber Foto: vit/koranbanjar.net)

Pambakal (kepala desa) itu berjalan di titian ( jembatan) bambu yang di buat dari rajutan tangan kreatif warga desanya. Setiap langkah terlihat senyum bangga dan puas akan kemajuan desa dipimpinnya.

FITRI MURNI HIDAYATULLAH, Balangan

Desa Balida dengan luasan 9 kilometer persegi di Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan, ini menjadi menarik untuk penulis kunjungi.

Bagaimana tidak, Desa Balida ini menjadi bahan perbincangan warga lokal maupun luar daerah karena terdapat tempat wisata menarik untuk dikunjungi .

Selasa (14/11/2023) siang, di bawah mendungnya cuaca siang hari karena cuaca sedang mendekati musin penghujan pada November.

Dari pusat Kota Paringin lalu penulis beranjak menuju Desa Balida yang berjarak kurang lebih 6 kilometer .

Sesampai di Desa Balida lantas penulis langsung menuju tempat wisata yang tidak sulit untuk dituju karena saat memasuki desa ini, petunjuk arah tempat wisata sudah diletakkan saat memasuki Desa Balida.

“Rancah Mampulang” adalah nama tempat wisata ini, yang saat memasuki tempat itu disuguhkan hamparan luas padang sawah dan pemandangan pedesaan lengkap dengan aktivitas warganya.

“Bakal!” teriak ku ketika tiba di pintu masuk tempat wisata, berteriak menyapa sosok muda berjalan di titian bambu yang aku perkirakan hampir 100 meter lebih panjangnya.

Pambakal atau Kepala Desa Syahridin yang penulis panggil atau akrab dipanggil Bakal idin. Sosok muda yang berhasil membangun dan mengembangkan Desa Balida menjadi salah satu Desa tujuan wisata di kabupaten berjuluk ” Bumi Sanggam.”

Disambut dengan sapaan salam, penulis diajak duduk santai oleh kepala desa muda yang hampir 10 tahun dipercaya warga desa, bersama duduk di sebuah gajebo bambu yang masih dibuat oleh tangan warga setempat.

Penulis ingat, Bakal Idin ini sangat aktif di berbagai kegiatan sosial dan budaya, bahkan di tahun 2010 menjadi salah satu pemuda pelopor seni budaya tingkat nasional bidang seni budaya.

Disuguhkan kopi hitam, penulis dan Bakal bercerita perjuangannya membangun desa yang dulunya hanya dikenal didaftar desa sebagai salah satu kabupaten pemekaran yakni Kabupaten Balangan.

Kini nama Desa Balida sudah dikenal sampai keluar daerah bahkan mungkin mancanegara.

Sambil menyeruput kopi , Idin menceritakan awalnya membangun Rancah mampulang ini, Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Usaha Mulia Desa Balida, tahun 2019 dia memulai mencetuskan pemanfaatan dana desa untuk menambah pemasukan bagi warga desa dan saat ini yang direncanakan yakni membangun wisata alam desa dan Pasar Budaya.

Awal terbentuknya Pasar Budaya sendiri pasca kunjungannya ke pasar kuliner tradisional Paprigan Kabupatan Temanggung Provinsi Jawa Tengah di tahun 2019.

Idin tertarik mengadopsinya hingga akhirnya hadir Pasar Budaya Racah Mampulang Desa Balida melalui dana desa dan dukungan dana Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Adaro Indonesia.

Paparan konsep dia sampaikan kepada tim CSR Adaro Indonesia dan mereka pun mendukung konsep wisata disampaikan.

“Iya itu ,desain pertama disetujui pihak PT Adaro,” katanya sambil dia menunjuk jembatan bambu sepanjang 100 meter yang kami lewati tadi.

350 meter tepatnya panjang jembatan bambu itu dibuat dengan konsep pertama yakni Wisata Sawah.

Racah Mampulang sendiri , lanjut Idin diambil dari Bahasa Banjar.

Racah artinya genangan air, sedangkan Mampulang adalah hamparan terbuka seperti rawa.

Salah satu alat tukar pengganti uang disebut Rancah di Pasar Rancah Mampulang. (Sumber Foto: vit/koranbanjar.net)

Setelah konsep pertama terealiasi, muncullah ide untuk mengembangkan wisata ini supaya berdampak ekonomi kepada warga desa.

Akhirnya konsep pasar diterapkan dengan mengandeng warga desa dan membentuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal, hasil tangan kreatif warga dijual di pasar Rancah Mampulang.

Menariknya, Di pasar ini tak hanya menyajikan kuliner tangan dan buah-buahan lokal, namun Racah Mampulang juga menyungguhkan berbagai wisata alam bernuansa kampung, permainan tradisional hingga pertunjukan kesenian daerah yang semuanya melibatkan warga setempat.

Hal menarik perhatian saat dia memperlihatkan koin berbentuk bulat dari bambu, Idin seraya memberi tebakan bahwa yang dipegangnya ini apa?, penulis hanya balik bertanya, “itu “apa?” “Uang'” jawab idin sambil tersenyum.

Nah, koin unik dari bambu ini merupakan alat transaksi jual beli di pasar Rancah Mampulang, koin itu diberi nama “Racah” sesuai nama pasar.

Ini jadi strategi Idin untuk menyuguhkan keunikan di tempat wisatanya.

Stragegi tadi rupanya mampu meraup pendapatan pendapatan asli daerah (PAD) desa dan warga yang tergabung di Kelompok Sadar Wisata bentukan dari BUMDes pun bisa mendapat penghasilan tambahan sejak hadirnya Pasar Budaya diresmikan Pemkab Balangan pada 21 Januari 2020 lalu.

Sambil mengucap syukur atas capaian, Bakal Idin ni juga bangga atas keterlibatan warga, dan ini bentuk pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi Adaro melalui Program Bina Desa.

Bagi Idin tanggungjawab sosial Adaro ini benar – benar dirasakan manfaatnya selain dukungan dana juga melalui program pemberdayaan masyarakatnya.

Menurutnya, program pemberdayaan masyarakat dari Adaro tentunya berdampak positif yang akhirnya bisa menciptakan warga mandiri serta lebih kreatif dalam meningkatkan pendapatan keluarganya.

Tidak terasa, siang dengan cuaca agak mendung tadi berangsur terang dan tidak ada tanda – tanda hujan, sampai saat penulis meminta Idin untuk menemani melihat keindahan Rancah Mampulang yang jauh berkembang saat pertama kali penulis berkunjung ditahun 2019 lalu.

Sambil berjalan, yang masih dengan lantai titian bambu, Idin menunjukkan beberapa penambahan wahana baru dengan ornamen buatan bernuansa alami.

Titian bambu yang kami jalani sepanjang 350 meter ini pun dibentuk dengan lambang cinta dikelilingi areal persawahan dan dilengkapi spot selfie bagi para pengunjung.

Adapula stand dari bambu atau pondok paring yang juga makin mempercantik kawasan wisata ini.

Puluhan lampion dari paralon tersebar di 61 titik hingga menara pandang makin menambah daya tarik perhatian pengunjung yang dapat dinikmati setiap harinya.

Malam harinya, di sini juga kerap menampilkan pertunjukan kesenian seperti Mamanda, Wayang Gong, Musik Panting, Kuntau dan Madihin.

Tapi ya wajar saja, Idin sendiri aktif di bidang kesenian bahkan dia merupakan pelatih kesenian tradisional Madihin.

Tidak terasa langkah kami sampai di ujung titian bambu dan penulis mengucapkan terima kasih atas sambutan hangat sang kepala desa, berharap desa ini terus berkembang, nama Kabupaten Balangan bisa terus dikenal keluar daerah. (vit/dya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *