Polusi Udara Menyebabkan 7 Juta Kematian Dini per Tahun, WHO Perketat Pedoman

Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Senin (8/7). [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat]

Tak ada yang bisa lolos dari polusi udara, demikian peringatan PBB pada Hari Lingkungan Sedunia, dimana sembilan dari 10 orang di planet ini saat ini menghirup udara yang telah tercemar.

JENEWA, Koranbanjar.net – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperketat pedoman tentang kualitas udara pada Rabu (22/9/2021). Menurut mereka, polusi udara menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan manusia hingga menyebabkan 7 juta kematian dini per tahun.

Melansir Channel News Asia, badan PBB ini mengatakan perlu adanya tindakan mendesak untuk mengurangi paparan polusi udara.

“WHO telah menyesuaikan hampir semua pedoman tentang kualitas udara, memperingatkan bahwa melebihi level baru dikaitkan dengan risiko serius terhadap kesehatan,” bunyi pedoman tersebut.

Apabila seluruh dunia mengikuti aturan pembaruan tersebut akan menyelamatkan banyak nyawa.

Tujuan dari pedoman ini adalah untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk polusi udara. Jadi, pemerintah harus menjadikannya acuan dalam perancangan hukum mengenai polusi udara.

Kabut polusi udara menyelimuti gedung-gedung di Jakarta, Rabu (11/8/2021). [Antara/Aditya Pradana Putra/aww]
Terakhir kali WHO mengeluarkan pedoman tentang kualitas udara atau AQG adalah pada 2005. Saat itu, pedoman memiliki dampak bagus pada kebijakan pengurangan polusi di seluruh dunia.

Namun, 16 tahun sejak itu, WHO mengungkap banyak bukti bermunculan yang menunjukkan bahwa polusi udara telah memengaruhi kesehatan pada konsentrasi udara yang lebih rendah, dibanding yang diketahui sebelumnya.

“Bukti yang terkumpul cukup untuk membenarkan tindakan untuk mengurangi paparan masyarakat terhadap polutan udara, tidak hanya di negara atau wilayah tertentu, tetapi dalam skala global,” sambung mereka.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sempat menjelaskan bahwa polusi udara kini telah menyebabkan peningkatan risiko penyakit pneumonia, asma serta risiko Covid-19 parah.

WHO mencatat kualitas udara meningkat tajam sejak 1990-an di negara berpenghasilan tinggi. Tetapi korban kematian akibat buruknya kualitas udara di sejumlah negara hampir tidak menurun.

“Setiap tahun, paparan polusi udara diperkirakan menyebabkan tujuh juta kematian dini,” sambungnya.

Pada anak-anak, polusi udara dapat menyebabkan penurunan kualitas serta fungsi paru-paru, meningkatkan risiko infeksi pernapasan serta asma yang memburuk.

Sementara orang dewasa, masalah polutan ini dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik atau jantung koroner dan stroke.(koranbanjar.net/suara.com)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *