Pesan Sultan Banjar, Kesultanan Pagaruyung Diharapkan dapat Memajukan Budaya Minang

PADANG, KORANBANJAR.NET – Kehadiran Sultan Banjar Haji Khairul Saleh sebagai Ketua Umum Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara (FSKN) pada acara Penobatan Sultan Pagaruyung, Sabtu (29/09/2018) tadi, tak hanya menjadi sebuah kehormatan bagi Kesultanan Banjar. Tetapi dalam kesempatan yang sama, dalam sambutannya Sultan Khairul Saleh juga berpesan dan harapan agar Kesultanan Pagaruyung dapat Memajukan Budaya Minang.

“Kehadiran kami kali ini tentu dalam rangka bersilaturahmi sekaligus menghadiri Penobatan dan Malewa Gala Sultan Pagaruyung, yaitu Sultan Dr Muhammad Farid Thaib Tuanku Abdul Fatah Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Minangkabau Pagaruyung Darul Qarar. (duli beribu maaf kalau kami tak lah begitu lancar menyebut nama dan gelar kebangsawanan yang berlaku di sini),” ujar Khairul Saleh.

Pihaknya berharap, Sultan Pagaruyung dapat meneruskan misi dan visi Kesultanan Pagaruyung dalam rangka memajukan budaya Minang secara khusus dan budaya Nusantara pada umumnya. “Kami yakin Raja Pagaruyung bersama Permaisuri dapat mengemban tugas yang luhur dan mulia ini. Tiadalah kekal amal tanpa niat ibadah, tiadalah budaya tanpa faedah. InsyaAllah harapan kita akan diijabah. Aamiin ya Rabbal Alamin,” ucap dia.

Ditambahkan, rasa syukur terdalam harus dihaturkan bahwa paska reformasi hingga saat ini pemerintah memberikan tempat yang sepatutnya kepada Kerajaan-Kesultanan dan segenap lembaga-lembaga adat dan budaya Nusantara. Pemerintah semakin menyadari bahwa raja-sultan Nusantara merupakan pewaris sejarah masa lalu, yang selama berabad-abad lampau telah memberikan sumbangsih besar dalam menjaga maruah bangsa. Memberikan sumbangsih bagi kemajuan peradaban Nusantara, khususnya peradaban saling menghargai dan menghormati sesama anak bangsa.

“Petuah legenda ranah Minang, “dimana bumi dipijak di situ langit dijunjuang” misalnya, adalah bentuk sumbangsih besar dalam ranah sastra dan budaya Nusantara. Pepatah mengilhami bangsa-bangsa nusantara dalam membangun kesetaraan, membangun silaturahmi dan membangun kebersamaan dalam keberagaman latar belakang bangsa dan agama. Kesadaran ber-Bhineka  menjadi modal sosial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar tetap kokoh sampai kapanpun. Negara-negara Eropa berdiri atas berbagai suku bangsa namun melahirkan puluhan Negara, sedang kita cukup satu NKRI saja,” tegasnya.

Realitas ini tidak akan bisa dilepaskan dari peranan Kerajaan–Kesultanan di Indonesia. Untuk itu Kerajaan–Kesultanan Nusantara harus tetap menghadirkan dirinya di tengah masyarakat sebagai bagian dari sejarah, yang yang terus mewakafkan dirinya untuk kebaikan umat manusia. Nilai-nilai adiluhung, nilai-nilai adab sebagai kearifan lokal dipersatukan dalam Peradaban Nusantara. Maka saat ini dan seterusnya keratin menjadi benteng utama tegaknya kebudayaan lokal. (sir)