BANJARBARU, koranbanjar.net – Perjalanan karir seorang Mujiono, SE, MH sebagai jajaran Basarnas, ternyata memang penuh perjuangan. Selain pernah ikut serta makan tikus putih karena bertugas di pedalaman Datah Dawai, perbatasan Kalimantan Timur – Kalimantan Barat, dia juga pernah disangka gugur dalam bertugas atau meninggal dunia sebanyak 4 kali.
Namun atas perjuangannya yang pantang menyerah dalam menyelesaikan sebuah misi kemanusiaan, membuat pejabat yang kini menempati posisi sebagai Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Banjarmasin ini, masih terus berkarya untuk setiap misi penyelamatan
“Selama bertugas, saya memiliki beberapa kali misi yang berkesan. Bahkan dalam pengalaman, saya pernah disangka sudah mati sebanyak empat kali. Ada beberapa kali kisah yang masih saya ingat,” kenangnya.
Waktu bertugas di Balikpapan, kisahnya, dia pernah terlibat dalam misi penyelamatan kapal tenggelam di Sungai Mahakam. Ada 5 korban yang tenggelam dan harus selamatkan. Kemudian dia bertugas turun ke dasar sungai untuk mencari korban.
“Memang sewaktu turun ke dasar Sungai Mahakam, saya diikat dengan seutas tali yang tersambung hingga ke atas. Saat saya menyelam, arus sungai di bawah sangat deras, kemudian saya terbawa arus, entah kemana tidak tahu. Karena di dasar sungai sangat gelap,” ceritanya.
Kondisinya saat itu tak diketahui petugas lain yang berada di tepi sungai. Bahkan diperkirakan berlangsung cukup lama hingga sekitar 20 menit. “Waktu itulah, petugas lain menyangka saya sudah mati di dasar sungai,” ucapnya.
Namun, kisahnya, Tuhan telah menyelamatkan jiwanya, selagi terbawa arus, dia terbentur sebuah benda keras, kemudian tergeser ke arus lain. “Nah saat itulah saya sadar, kemudian menarik tali yang masih terikat di pinggang. Lalu, saya tarik tali itu hingga naik ke atas,” paparnya.
Kisah lain yang membuatnya juga disangka sudah mati, yakni saat melakukan misi penyelamatan bus tenggelam dari jembatan Kutai Kartanegara. Kejadiannya hampir mirip dengan peristiwa yang dialaminya pada misi di Sungai Mahakam.
“Kalau misi penyelamatan korban jembatan runtuh di Kutai Kartanegara itu, saya mau menyelamatkan korban yang terkurung dalam sebuah bus, kemudian bus tenggelam. Waktu saya turun ke dasar sungai, saya menemukan bus tenggalam itu di dasar sungai. Kemudian saya masuk dalam bus, tetapi suasananya seperti kita berpejam, semua gelap gulita. Selagi mencari korban, saya terkurung dan tidak dapat menemukan jalan keluar. Saya sempat panik, namun dalam keadaan seperti itu, kita memang punya cara khusus untuk menyelamatkan diri. Saya mencoba melakukan meditasi atau menenangkan diri, sampai akhirnya tenang, kemudian mengikuti tali yang terikat di badan, hingga naik ke atas,” bebernya.
Itulah 2 misi di antaranya yang sempat menyebabkan dia disangka sudah meninggal dunia dalam melaksanakan tugas.(sir/kie)