Permasalahan Klasik Akibatkan Beberapa Desa di Balangan dan Tabalong Terendam Banjir Dibahas Serius Dewan Kalsel

Permasalahan Banjir Tabalong dibahas di DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.(foto: Dokumen)

Permasalahan bertahun-tahun terendamnya beberapa desa di Kabupaten Balangan dan Tabalong akibat air pasang (banjir rob) menjadi persoalan serius, bahkan isu itu dibahas di DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – Laporan ini berdasarkan adanya keluhan sejumlah Kepala Desa dua Kabupaten Tersebut. Sehingga persoalan ini dibahas dalam Rapat Dengar Pendapat(RDP) pada lintas komisi DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) bersama Forum Komunikasi wntar Kepala Desa (FKAKD) dan dinas terkait, di gedung Rumah Banjar itu, belum lama tadi.

Perwakilan Kepala Desa dari Kabupaten Tabalong Faudin mengungkapkan, banjir ini sudah lebih kurang lima tahun sampai kini dialami warga, sehingga  tidak bisa memanfaatkan lahan untuk pertanian dan perkebunan.

Beberapa upaya kata dia, sudah dilakuan warga desa dengan membersihkan sungai, namun tidak mununjukan hasil. Karena banjir masih terjadi dengan ketinggian di lahan pertanian mencapai 50 sampai satu meter.

“Kepada DPRD Kalsel kami berharap dapat dicarikan solusi, sehingga warga beberapa desa di kabupaten Tabalong dapat beraktivitas sebagaimana 6 tahun lalu,” pinta Faudin.

Menanggapi keluhan kepala desa tentang masalah banjir yang dialami desa pada dua kabupaten ini, Ketua DPRD Kalsel Supian HK memastikan sungai harus dikeruk dan dtambah atau dibuka kanal-kanal baru sehingga air cepat mengalir.

“Pengalaman yang pernah terjadi di Amuntai, bila hujan di Balangan maupun Tanjung, maka Amuntai banjir,” sebutnya.

Namun kali ini lanjut Supian HK menjelaskan, tidak lagi lantaran dibikin kanal kanal baru disamping pengerukan sungai yang lama serta pembersihan gulma sungai.

Usai rapat, ditambahkan anggota DPRD Kalsel dari Fraksi Golkar, Karli Hanafi, katanya, pertemuan memang membahas masalah banjir di beberapa desa tersebut diatas.

Berdasarkan masukan beberapa peserta rapat diakui jika penyebabnya pertama, curah hujan yang tinggi.

Kedua ada penyumbatan di muara-muara sungai, karena disana terdapat daerah aliran sungai (DAS) Tabalong dan DAS Balangan.

Namun semua berkomitmen, terutama pihak kabupaten setelah melakukan program pembersihan akibat sampai atau ranting pohon dan lainya yang puluhan tahun.

Kemudian pihak PT Adaro juga siap berkomitmen dalam bentuk pengawasan bersama dinas ESDM, dan lingkungan hidup jika memang ada potensi yang menyebabkan adanya genangan yang terjadi dari aktivitas perusahaan mereka.

“Adaro bersama ESDM dan DLH siap,” jelas Karli Hanafi.

Goverment Ralations Head PT Adaro Indonesia, Rinaldo Kurniawan, usai rapat menjelaskan, desa-desa yang terendam berada di luar kawasan operasiaonal PKP2B Adaro.

Menurutnya, rendaman air di kawasan desa-desa tersebut 95 persen lebih disebabkan faktor dari luar.

Namun bagitu, PT adaro juga siap dan tetap ambil bagian dalam berkontribusi ke masyarakat secara umum melalui program CSR, dengan melalui tahapan yang nantinya untuk direalisasikan.

Sejumlah desa yang hingga saat ini masih terendam di wilayah Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong, yakni Desa Lajar, Desa Papuyuan, Desa Matang Hanau, Desa Mundar dan Desa Pampanan.

(yon/slv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *