Tak Berkategori  

“Perahu” Kuning Milik Siapa di Banjarbaru? Hijau akan Sulit Terbaca

Oleh Pimred koranbanjar.net
Denny Setiawan

KONTESTASI politik pada Pilkada Kota Banjarbaru 2020 mendatang yang akan dihadapi Najdmi Adhani (Walikota Banjarbaru sekarang) akankah “seaman” era Rudy Resnawan maju sebagai calon Walikota Banjarbaru di periode kedua?

Tadinya, posisi Nadjmi Adhani untuk kembali maju sebagai Calon Walikota Banjarbaru 2020, dapat terbilang akan berjalan sangat mulus. Terlebih saat dia memutuskan untuk memilih bergabung dengan Partai Golkar sebagai salah satu perahu yang akan menghantarkannya kembali menjadi Walikota Banjarbaru akan datang.

Ditambah dengan kiprahnya sebagai Walikota Banjarbaru selama hampir 5 tahun ini yang cukup kuat membangun Kota Banjarbaru dengan tagline “Banjarbaru Bisa, Bisa, Bisa!”

Tidak sekadar itu, dia pun telah mendapatkan kesempatan yang cukup bagus, sehingga menempatkan putrinya sebagai calon anggota legislator melalui partai bergambar pohon beringin itu.

Pesta demokrasi hampir 5 tahun silam, Partai Golkar Kota Banjarbaru menempati posisi sebagai peraih kursi terbanyak di antara partai politik yang lainnya. Tidak heran, dalam kontestasi Pesta Demokrasi 2019 tadi, sudah tentu Partai Golkar Kota Banjarbaru kembali menginginkan menjadi pemenang pemilu dengan suara dan peraih kursi terbanyak di parlemen.

Rupanya keadaan itu tidak menjadi sebuah jaminan. Peta politik secara nasional hingga daerah telah berubah dinamis. Partai Golkar yang diprediksi tetap menjadi ‘Idola’ sebagai peraih kursi terbanyak di parlemen, khususnya di Kota Banjarbaru ternyata meleset.

Kendati kursi yang diperoleh masih sama dengan jumlah pada Pemilu sebelumnya, yakni 5 kursi, namun tidak menempatkan Partai Golkar sebagai peraih kursi terbanyak. Posisi tersebut direbut Partai Gerindra dengan meraih 6 kursi, walaupun pemenang pemilu di Kota Banjarbaru masih ditempati Partai Golkar dengan perolehan suara terbanyak hingga 22 ribu lebih.

Konsekuensianya, perubahan ini diprediksi akan berpengaruh terhadap kebijakan Partai Golkar dalam menentukan “Jagoannya” untuk bertarung pada Pilkada 2020 mendatang. Ketua DPRD Kota Banjarbaru, AR Iwansyah yang tadinya digadang-gadang masih tetap bertahan sebagai pimpinan DPRD Kota Banjarbaru, sudah tentu tergeser oleh kader Partai Gerindra. Lalu, apakah AR Iwansyah akan “turun tahta” menempati kursi sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Banjarbaru atau hanya sebagai anggota DPRD Kota Banjarbaru?

Ataukah sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Banjarbaru, AR Iwansyah mengulang rencana pada Pilkada sebelumnya, memilih akan turut bertarung pada Pilkada 2020 mendatang?

Analisis ini berbanding lurus dengan perolehan kursi Partai Golkar yang masih sama dengan pemilu sebelumnya serta gagalnya putri Nadjmi Adhani untuk meraih satu kursi pada daerah pemilihannya. Hal ini tentu akan menjadi tolak ukur terhadap tingkat keterpilihan masyarakat terhadap Partai Golkar yang telah diperkuat seorang Nadjmi Adhani.

Berbeda dengan politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Kota Banjarbaru yang kini masih menempati posisi sebagai Wakil Walikota Banjarbaru, Darmawan Jaya Setiawan.

Semula tentunya (mungkin) dia sangat aman untuk kembali melenggang maju sebagai Calon Wakil Walikota Banjarbaru pada Pilkada 2020 mendatang melalui partai berlambang Ka’bah tersebut.

Tetapi seiring waktu, hasil Pileg 2019 tadi telah membuat Ketua DPW PPP, Aditya Mufti Ariffin harus “legowo” menerima kegagalan melaju ke Senayan. Sementara sejumlah pengamat politik memprediksi, ketokohan seorang Aditya Mufti Ariffin yang telah berhasil menduduki kursi parlemen di DPR RI selama 2 periode sangat berpotensi untuk menjadi pesaing berat bagi calon kepala daerah lainnya pada Pilkada 2020 mendatang, baik di Kabupaten Banjar atau Kota Banjarbaru.

Bila Aditya Mufti Ariffin memutuskan maju pada Pilkada 2020 di Kabupaten Banjar, tentu PPP akan tetap memilih “Jagoannya” Darmawan Jaya Setiawan kembali maju pada Pilkada 2020 di Kota Banjarbaru. Akan tetapi, bila Aditya Mufti Ariffin memilih maju pada Pilkada 2020 di Kota Banjarbaru, pilihan tersulit pun akan dihadapi seorang Darmawan Jaya Setiawan. Apakah dia akan mendampingi Aditya Mufti Ariffin untuk menghadapi Najdmi Adhani ataukah tetap mendampingi Nadjmi Adhani melalui jalur independen untuk mengadapi rekan politisi satu partainya?(*)