Tak Berkategori  

Pentingkah Mendokumentasikan Hubungan Intim Sebagai Koleksi Pribadi?

Ditulis oleh: Harie Insani Putra

——————————————————

GEGER video mesum Banjarmasin berdurasi 14 dan 18 detik yang diviralkan melalui WhatsApp seperti membangunkan kesadaran bahwa kita patut ekstra hati-hati dalam menggunakan gadget.

Meski saat ini status viral video mesum Banjarmasin masih dalam tahap penyelidikan aparat kepolisian Banjarmasin, dari berbagai informasi yang dikumpulkan, disebutkan bahwa penyebaran video bukan kesengajaan dari pelaku, namun disebarkan oleh seseorang yang motifnya belum diketahui.

Jika kita ingin mengamati lebih jauh, anggap saja viralnya video mesum di atas memang disebarkan orang lain, hal ini sebenarnya bukan untuk pertama kali terjadinya.

Kejadian serupa dan paling dekat waktunya adalah Video Mesum Eks Pegawai Bank di Palembang. Kalau agak jauh, hal ini juga pernah terjadi kepada salah seorang selebritis tanah air. Kasus-kasus serupa lainnya pun banyak terjadi dan mudah kita ketahui hanya cukup menggunakan mesin telusur google.

Koleksi Pribadi yang Memalukan

Dari sekian banyak kasus penyebaran konten video porno, rata-rata pelaku mengakui adalah koleksi pribadi, yang kemudian disebarkan oleh pihak lain. Itu juga yang terjadi dengan hebohnya video porno Banjarmasin.

Mengingat mudahnya penyebaran konten melalui internet, bisa jadi video mesum di atas tak lama lagi bakal mendunia. Tergantung seberapa jauh kenakalan orang-orang yang telah mendapatkan video tersebut. Saya berharap, itu tidak terjadi.

Jujur, atas dasar kemanusiaan, saya pribadi mengasihani mereka selaku pemeran. Betapa tidak, toh mereka bukan pelaku video porno komersil atau amatir yang sengaja memproduksi demi keuntungan materi.

Bisa dibayangkan efek psikis yang mereka alami. Selain rasa malu dan tertekan, dari beberapa kasus, bukan hanya pelaku penyebar videonya saja yang akan ditindak pidana, tapi juga pemerannya. Padahal, Niatnya hanya ingin menandai kenangan seperti halnya ketika kita mengabadikan sesuatu. Mungkin!

Namun yang menjadi pertanyaan, hal apa yang membuat seseorang merasa hubungan badan/intim pantas untuk diabadikan? Mengingat kasus ini sering terjadi, apakah saat ini perilaku tersebut banyak dilakukan banyak orang? Hubungan intim sudah semacam trend untuk diabadikan ke dalam bentuk visual? Entahlah!

Saya sendiri tidak memiliki jawaban itu, kecuali menyesalkan tindakan ceroboh tersebut. Saya katakan ceroboh karena seharusnya kita menyadari bahwa semakin canggih media rekam kita, contohnya gadget, saat ini telah didukung dengan fasilitas cloud storage.

Contoh sederhana, aplikasi whatsapp telah menyediakan fitur backup di google drive. Demikian juga bagi pengguna iOS dengan fitur iCloud.

Sederhananya, dengan fitur backup tersebut, kita telah memindahkan segala macam file ke tempat lain yang bisa saja rentan dalam hal keamanan. Sebagai pegiat IT, saya ingin mengatakan bahwa tidak ada yang aman ketika sudah bersentuhan dengan ruang maya.

Boleh saja kita menyimpan password dengan aman atau hanya diketahui oleh orang-orang yang dipercayai, tapi tidak ada yang bisa memastikan sistem keamanan yang tersedia bisa menangani semua permasalahan cyber crime.

Saya kira, mendokumentasikan hubungan badan/intim bukan cara bijak untuk mengekalkan kenangan. Meskipun gadget yang kita gunakan telah dibatasi agar tidak tersinkronisasi dengan cloud storage, tetap saja file yang tersimpan di dalamnya berpeluang untuk diketahui orang lain.

Saat gadget rusak dan harus diservis. Saat itu gadget akan diakses oleh orang lain. Selain itu, kita juga tidak bisa memastikan gadget milik kita selalu dalam pegawasan. Bisa saja orang lain, teman, sahabat atau kerabat menggunakannya. Saat itulah, kenakalan atau keisengan, bisa berbuntut serius dan dramatis.

Lantas bagaimana? Tulisan ini bukan untuk memberikan tips cara menyimpan video porno agar aman tersimpan di gadget.

Saya pikir, sebaiknya hubungan badan/intim tidak perlu didokumentasikan dengan alasan apapun. Tak ada yang perlu dikenang.

Bukankah pada akhirnya kita akan mengulanginya lagi dan lagi. Tak akan pernah bosan. Itu pun sebaiknya kepada seseorang yang namanya tercantum di buku nikah.[]