Tak Berkategori  

Pengidap HIV Akibat Seks Sesama Jenis: Yang Terpukul (I)

TERPUKUL dan sedih. Itulah dua hal pertama yang dirasakan Gatot saat dirinya didiagnosa terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Kendati demikian, kenyataan itu tak membuatnya lekas terpuruk. Di lingkungannya, Gatot justru memiliki kehidupan layaknya orang sehat dan sangat peduli dengan masyarakat di sekitarnya.

Laporan Jurnalis Koranbanjar.net, HASANUDDIN, Banjarbaru

HIV menginfeksi tubuh penderitanya dengan merusak sistem kekebalan atau imun tubuh. Jika kerusakan imun yang disebabkan HIV sudah diderita serius, maka Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) menjadi ancaman besar berikutnya.

Hal itulah yang membuat banyak orang beranggapan bahwa terinfeksi HIV berarti lonceng kematian. Namun ancaman tak berumur panjang itu tampak tak berlaku bagi Gatot.

Ia terlihat tak seperti orang kehilangan semangat hidup. Dari penampilannya, Gatot bahkan nyaris mirip masyarakat pada umumnya. Seakan tak ada sesuatu yang sedang mengancam kesehatannya.

Itu terlihat langsung saat penulis berhasil menemuinya di Banjarbaru, kemarin. Ini merupakan pertemuan yang telah kami rencanakan setelah Gatot menyatakan kesediaannya untuk diwawancara sebagai pengidap HIV.

Menariknya, Gatot bersedia menjadi narasumber dengan dua syarat. Pertama, penulis tidak boleh merahasiakan identitasnya. Kedua, berita yang ditayangkan harus menggunakan fotonya sendiri.

Dalam wawancara dengan kesepakatan dua syarat itulah, Gatot kemudian menceritakan perlahan kehidupannya sejak awal ia didiagnosa positif HIV.

“Saya dinyatakan positif HIV pada Februari 2015 lalu,” ujar Gatot mengawali kisahnya.

Dia mengungkapkan, tubuhnya tertular HIV akibat hubungan seks sesama jenis yang ia lakoni. “Saya memang penyuka laki-laki. Sedih dan terpukul sekali rasanya ketika saya dinyatakan postif HIV,” sesalnya. (bersambung..)

Baca lainnya: