Religi  

Pelangsir Marak, Sopir Truk Muak

BARABAI, koranbanjar.net – Panjangnya antrean mobil para sopir pembeli solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) yang nyaris terjadi setiap hari akibat maraknya para pelangsir solar membuat para sopir truk muak mengantre.

Kondisi antrean mobil BBM solar di halaman dalam SPBU Barabai. (Foto: Firdaus untuk Koranbanjar.net)

Disinyalir, oknum pengelola SPBU tersebut lebih mengutamakan para pelangsir dibanding pembeli umum.

Salah seorang sopir dari warga Kecamatan Pandawan, HST, Adun, bahkan sangat mengeluhkan maraknya para pelangsir di SPBU tersebut. “Hampir setiap hari kami selalu mengantre supaya dapat membeli solar untuk keperluan sehari-sehari, padahal stok solar di SPBU ini banyak,” keluhnya saat diwawancarai koranbanjar.net, Rabu (24/7/2019).

Adun menyebut oknum pengelola SPBU menjual solar kepada para pelangsir lebih mahal dari harga pembeli umum. “Harga solar yang mereka jual kepada pelangsir per liternya bisa Rp 400 lebih mahal dari harga normal. Itupun bisa lebih mahal lagi. Jadinya ya jelaslah pengelola SPBUnya lebih mengutamakan para pelangsir,” ungkapnya.

Anehnya lagi, informasi ketersediaan solar di SPBU satu-satunya di Kecamatan Barabai itu lebih diketahui para pelangsir daripada sopir truk.

Dari penelusuran koranbanjar.net, ternyata para pelangsir selalu mendapat antrean terdepan karena mereka bermalam di sekitar SPBU.

“Sering sekali kami bermalam di tempat (SPBU) ini supaya dapat barisan antre paling depan untuk melangsir,” ujar seorang pelangsir, sebut saja Amar.

Menurutnya, para pelangsir di SPBU Barabai sudah diatur oleh salah satu oknum petugasnya dari warga sipil biasa. “Kalau dulu kami melangsir malah pakai mobil, dapatnya bisa sampai enam ratus liter dengan empat kali masuk (beli), tapi kalau sekarang tidak boleh lagi. Kami juga ingat dan bisa membagi, karena jujur saja kasihan juga para sopir yang antre panjang,” tuturnya.

Dibeberkan Amar, ia dengan para pelangsir lainnya mendapat untung rata-rata Rp 800 hingga Rp 1.500 per liter solar yang dijual.

Sedangkan salah satu oknum karyawan di SPBU tersebut, Muab (bukan nama sebenarnya), beralasan terpaksa melayani para pelangsir karena tuntutan kerja. “Saya tahu ini juga melanggar hukum, tapi mau bagaimana lagi kami hanya seorang karyawan,” katanya.

Muab mengungkapkan, dirinya juga sering menemukan mobil yang sama namun beberapa kali berganti nomor plat agar bisa sering masuk antrean. “Karena di SPBU sini satu mobil hanya boleh satu kali saja isi BBM. Setiap mobil yang beli BBM di sini nomor platnya dicatat. Tapi kalau melihat ada mobil yang berganti plat biasanya kami hanya tersenyum dan membiarkannya saja, karena kalau tidak ada para pelangsir kami juga sering tekor,” bebernya.

Di SPBUnya, sebut Muab, biasanya 16 ribu liter solar habis hanya dalam waktu dua sampai tiga jam.

Antrean truk akibat maraknya para pelangsir di SPBU Barabai tersebut sering menyebabkan macet panjang di jalan raya setempat. Terlebih saat solar baru datang ke SPBU. (mdr/dny)