MARTAPURA, KORANBANJAR.NET – “Pasar dikurung seperti penangkaran buaya! Rasa tidak ada saya melihat pasar seperti ini,” ujar H. Fathurrahman Al Rumi salah satu pedagang di Pasar Astambul. Hal itu ia lontarkan terkait Pasar yang ia nilai tidak representatif.
Menurutnya pemagaran di Pasar Astambul itu menjadi kendala keluar masuk pedagang maupun pembeli. Pagar Pasar tersebut hanya memberikan ruang keluar masuk sekitar satu setengah meter pada pintu utama.
Lebih lanjut, Fathurrahman menganggap pembangunan Pasar induk di Kecamatan Astambul itu terbilang lamban. “Sampai saat ini belum ada pembenahan yang serius, mengingat masih banyaknya fasilitas yang dikeluhkan pedagang,” uajrnya kepada koranbanjar.net, Sabtu (14/4) pagi tadi.
Baca juga Representatif Pasar Astambul Bisa Terwujud, Pedagang Harus Direlokasikan
Bahkan plakat pasar itu pun terlihat tidak terurus, pasalnya tulisan pada plakat yang berdiri di depan pasar itu banyak yang lepas dan dibiarkan saja.
Fathurrahman mengaku merasa kecawa terhadap fasilitas yang ada di Pasar Astambul. Menurutnya Pasar tersebut sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan pasar lain, seperti Pasar Gambut dan Pasar Kertak Anyar, yang sudah dilakukan perbaikan dan pengembangan, baik untuk kondisi bangunan maupun fasilitas.
“Kenapa pembangunan Pasar ini tidak cepat? padahal Pasar Gambut dan Pasar Kertak Anyar saat ini sudah dilakukan pembenahan,” tuturnya.
Meski, lanjutnya, pembenahan pernah dilakukan instansi terkait di Pasar Astambul pada 2016 lalu, namun masih dirasa kurang tepat. Pasalnya pembenahan tersebut tidak sesuai harapan pedagang. Mereka menginginkan Pasar Astambul menjadi pasar yang lebih representatif.
“Harusnya Pasar ini dibangun dengan kondisi satu atap saja, agar lebih representatif. Jadi bangunannya bisa terlihat dan tidak tertutup seperti ini,” tambahnya lagi.
Baca juga Pagar Dibikin untuk Menertibkan Pasar Astambul
Dengan demikian, lanjutnya lagi, tidak terlihat kesemrautan dan kekumuhan pada pasar. Selain itu bisa menarik para pembeli lebih banyak.
Selain itu, banyak pertokoan yang berada di pasar tersebut hanya dibangun semi permanen. Menurutn Fathurrahman, hal itu tentunya menjadi kurang terjaminnya keamanan barang-barang para pedagang, meskipun sudah ada jasa wakar (penjaga malam, Red) yang jaga di Pasar Astambul.
Dia mengharapkan, dengan konsep satu atap tersebut, pembangunan Pasar Astambul bisa lebih representatif. “Jadi tidak ada lagi istilah kantin-kantin, sebab telah digantikan dengan toko permanen,” tutupnya.
Pasar Astambul sendiri berada di samping ruas Jl Syekh M.Arsyad Al Banjari Kecamatan Astambul. Pasar itu merupakan pasar lokal tertua di Kabupaten Banjar. Selain itu juga sebagai pasar induk di Kecamatan Astambul. (zdn/dra)