Orangutan Berumur 20 Tahun Ditemukan Membusuk Usai Dianiaya

SERUYAN, KORANBANJAR.NET – Pelestarian satwa liar seperti orang-utan di wilayah Kalimantan Tengah dapat disebut masih belum disadari sepenuhnya oleh para penghobi berburu. Salah satu contoh, pihak BKSDA Wilayah II Kalimantan Tengah, telah menemukan seekor orangutan dalam keadaan membusuk di lahan perkebunan PT Wana Sawit Subur Lestari (WSSL) II Best Agro Group, Desa Tanjung Hanau, Kecamatan Hanau, Seruyan, Kalteng.

Penemuan hewan dilindungi itu terapung di salah satu kanal perkebunan, sekitar 7,8 kilometer dari kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP).

Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II, Agung Widodo, orangutan itu ditemukan  seorang pekerja perkebunan, Minggu (1/7) sore.

“Sesuai perintah dan arahan BKSDA provinsi, Senin (2/7) pagi BKSDA Pangkalan Bun bersama tim dari Balai Pengamanan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Kehutanan dan tim OFI turun ke lokasi untuk melakukan identifikasi,” ujar Agung, Selasa (3/7) kemarin.

Berdasarkan identifikasi awal,  orangutan jantan itu berumur kurang lebih 20 tahun. Diperkirakan orangutan tersebut membangkai atau mati sejak 1 sampai 2 minggu lalu.

Sementara di tempat terpisah,  Field Director OFI, Fajar Dewanto, mengatakan, orangutan itu merupakan orangutan ekstranslokasi. Itu diketahui berdasarkan hasil pemindaian cip identifikasi yang tertanam di tubuhnya , yang dilakukan tim dokter hewan OFI sebelum translokasi. Orangutan ini ditranslokasi dari areal perkebunan PT WSSL II, Blok R31-32, pada 23 September 2014 lalu.

“Dulu (2014) waktu translokasi orangutan itu, kita pasang cip identifikasi dan kita beri nama Baen. Sekarang kita temukan lagi dalam keadaan mati di dalam areal perkebunan PT WSSL juga,” kata Fajar.

Baen diduga mati karena penganiayaan. Berdasarkan nekropsi dan rontgen X-Ray, tim dokter hewan OFI mendapati beberapa luka sayatan dan tusukan di tubuhnya.

Jempol tangan kanan, misalnya, hilang. Juga ada luka terbuka di jari telunjuk tangan kanan, pergelangan tangan kiri, telapak kaki kiri, dan  telunjuk kaki kiri.

Ada pula bekas ikatan di pergelangan kaki kanan, luka terbuka di telapak kaki kanan, punggung tangan kanan, pinggang dan tubuh bagian kiri, punggung kiri, lengan kiri, betis kiri, dan luka tusukan di punggung kanan.

“Selain itu, berdasarkan rontgen X-Ray, ditemukan 7 butir peluru senapan angin. Masing-masing di pinggang kiri 2, di jari tengah kaki kiri 1, di kepala 2, di lengan kanan 2. Ditemukan juga bekas patah tulang lengan kanan yang sudah menyambung,” jelas Fajar.

Sedang Representative PT WSSL Region Wilayah Pangkalan Bun, Ramli Tamba, mengaku menyesalkan kematian orangutan di areal perkebunan PT WSSL II.

Saat ini pihaknya tengah menunggu hasil pemeriksaan terhadap bangkai orangutan Baen dari pihak BKSDA. “Nanti kalau ada perkembangan saya sampaikan,” kata Ramli Tamba.

Menurut Ramli, konflik orangutan dan manusia di dalam perkebunan PT WSSL cukup tinggi. Beberapa kali dilaporkan orangutan masuk ke daerah perumahan karyawan perusahaan.

Kasus penemuan bangkai orangutan di areal perkebunan PT WSSL II ini bukan yang pertama. Pada 16 dan 17 September 2015, kasus serupa pernah terjadi.

Waktu itu ditemukan empat kerangka orangutan di empat titik di perkebunan PT WSSL II. Pada lokasi pertama dan kedua, orangutan yang ditemukan tinggal berupa tengkorak dan tulang belulang.

Di lokasi ketiga, bangkai orangutan masih utuh, terbungkus terpal biru. Bangkai terakhir kondisinya hanya berupa bulu dan tulang.  Dalam kasus ini kepolisian telah menetapkan satu tersangka yang diduga sebagai pelaku pembataiannya. (din/yb/banuapost.net/grup koranbanjar.net)