Tak Berkategori  

Musala Darul Arqam, Tempat Ibadah Di Pedalaman Meratus

DI TENGAH perkampungan masyarakat adat Meratus, di pedalaman Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), belum lama ini berdiri sebuah musala yang dinamai Darul Arqam. Digunakan untuk keperluan ibadah warga muslim di Desa Haratatai, serta pengunjung yang mau beribadah maupun sekedar beristirahat.

Muhammad Hidayat, Loksado

MUSALA Darul Arqam dibangun kurun waktu kurang lebih setahun, dan selesai awal 2019 lalu. Dibangunnya tempat ibadah ini untuk memfasilitasi warga muslim sekitar yang kebanyakan para mualaf serta pengunjung.

Berada di Desa Haratai Kecamatan Loksado, di tengah perkampungan terakhir masyarakat sebelum lokasi ikon Loksado air terjun Haratai, tepatnya di seberang kantor Desa Haratai. Menuju lokasi, sekitar 15 menit dari Loksado ditempuh dengan roda dua.

Bangunan seluas 8×9 meter berbentuk panggung tersebut sepenuhnya terbuat dari kayu, sampai pagar sekelilingnya juga terbuat dari kayu, dengan atap berbahan metal.

Baca juga: Kisah Inspiratif; Pedagang Sayur Ini Dulunya Ternyata Adalah Geng Perampok

Sepintas seperti terbuat dari kayu ulin, ternyata kata pengurus musala Ahmad Hariadi itu adalah kayu lanang. Menurutnya kayu tersebut juga kuat seperti ulin, sehingga bisa kuat bertahan lama.

Dana penggunaannya, Hariadi memaparkan dari bantuan Baznas HSS sebesar 50 juta rupiah. Juga mengadakan saprah amal di gedung kesenian Kandangan, menghasilkan 40 juta rupiah.

“Lalu ada juga sebelumnya bantuan salah satu bank syariah 50 juta rupiah yang diserahkan Calon wakil bupati saat itu di masjid Tanuhi,” ungkap mualaf yang rumahnya berdampingan dengan musala itu.

Serta donatur lain yang memberikan berupa barang maupun uang. Terbaru, ujarnya ada bantuan sebesar 12 juta rupiah dari Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel.

Musala Darul Arqam, Tempat Ibadah Di Pedalaman Meratus.
Musala Darul Arqam dilihat dari jarak lebih jauh. (foto: hidayat/koranbanjar.net)

Baca: Misteri Sarang Walet Ghaib Di Gua Ranuan, Berani Mengambil Nyawa Taruhannya

Tetapi ia masih mengharapkan bantuan dari para dermawan, sebab musala tersebut belum sepenuhnya selesai. Tempat wudu masih belum ada. Saat ini menggunakan keran air seadanya. Selain itu masih belum memiliki hiasan gorden, lampu hias, pengeras suara dan kipas angin.

Hariadi mengisahkan, sebelum keluarga kecilnya menjadi mualaf banyak wisatawan menanyakan musala. Karena belum ada, ia mempersilakan wisatawan beribadah di rumah pribadinya.

Setelah dibangun musala, dituturkannya wisatawan sangat senang. Sebab dengan mereka datang jauh-jauh ke pedalaman, bisa beribadah dengan nyaman, dan menyaksikan keunikan tersendiri musala di tengah pedalaman.

Awal pembangunannya sangat sulit baginya, tidak sekedar kesulitan masalah dananya, tetapi karena berada ditengah masyarakat mayoritas nonmuslim. Meski banyak masyarakat yang tidak mempermasalahkan, tetapi ada satu dua orang yang dianggapnya tidak senang dengan dibangunnya tempat ibadah tersebut.

Baca: Komunitas Gabara, Kumpulan Penunggu Burung Besi Yang Suka Naik Gunung

Bahkan diungkapkannya, ada yang sangat keras menentang hingga melarang pembangunannya. Karena ia gigih sehingga masih bisa dilewati kesulitan itu, sebab ia mempunyai niat baik tidak memecah belah persaudaraan dan kekerabatan.

“Alhamdulillah, saat ini sudah jadi bangunannya. Tolong kabarkan pada siapapun, di Haratai sudah ada musala, siapa yang kebetulan berwisata mau beribadah bisa mampir disini,” ujar pria yang aslinya dari Desa Loksado itu.

Musala tersebut ujarnya, sangat terbuka bagi siapapun yang mau beribadah, ataupun sekedar beristirahat saat berwisata ke Haratai. Kebetulan pintunya sering ditutup, karena ujarnya banyak anak-anak yang masuk sembarangan.

Saat ini kebanyakan ia dan pendakwah dari KUA kecamatan yang sering menggunakannya, tetapi ia mengharapkan musala itu bisa dimaksimalkan penggunaannya, khususnya bagi 25 orang jirannya yang sudah ber KTP muslim. (*)