Mungkinkah Ketokohan Ulama Masih Jadi Rebutan di Pilkada Banjar 2020?

Oleh Pimred KoranBanjar.Net

Denny Setiawan

 

SELAMA 3 periode terakhir, ketokohan ulama sepertinya menjadi sosok rebutan untuk mewarnai Pilkada di Kabupaten Banjar. Sebut saja yang pernah menempati posisi sebagai Wakil Bupati Banjar seperti KH Hatim Salman dan H Fauzan Saleh. Berikutnya tingkat keterpilihan sosok ulama untuk menempati posisi kepala daerah semakin menguat, setelah KH Khalilurrahman bersama H Saidi Mansyur, berhasil mengalahkan pesaingnya dari kalangan birokrat bertarung pada Pilkada 2015 silam.

Setelah sang ulama menduduki posisi Kepala Daerah di Kabupaten Banjar selama 4 tahun, berbagai opini dan pendapat merebak di tengah masyarakat. Ada yang menyebutkan, bahwa ulama seyogianya tetap mengisi posisi sebagai pembimbing umat, menyebarkan ilmu agama, menjadi penasihat bagi para pemimpin dan lain-lain. Mengingat latar belakang seorang ulama tidak tepat untuk mengelola sebuah pemerintahan. Berbeda di zaman Nabi, para sahabat yang notabene selain menguasai ilmu akherat, juga paham betul tentang situasi politik dan pemerintahan.

Namun faktanya berbeda pula, sosok ulama yang telah menjadi seorang Bupati Banjar, KH Khalilurrahman telah sukses merebut hati masyarakat Kabupaten Banjar, baik secara sosial dan politik hingga menempatkannya sebagai kepala daerah.

Harus diakui, kepemimpinan Bupati Banjar, KH Khalilurrahman dirasakan sangat berbeda dengan kepemimpinan bupati-bupati sebelumnya. Ada yang beranggapan, pembangunan di Kabupaten Banjar tidak sebaik pembangunan di era kepala daerah sebelumnya.

Belum lagi tentang adanya riak-riak perpecahan antara KH Khalilurrahman dan H Saidi Mansyur, yang mulai terasa sejak Pemerintahan Kabupaten Banjar berjalan 1,5 tahun lalu, yang dipicu oleh banyak persoalan, baik soal kesepakatan politik maupun tentang kebijakan dalam melaksanakan roda pemerintahan.

Satu tahun terakhir, langkah politik yang dijalani KH Khalilurrahman dan H Saidi Mansyur, yang berjalan “sendiri-sendiri” kian sangat terasa. Sinyal ini terindikasi dari semakin “gencarnya” upaya dari kubu H Saidi Mansyur untuk memenangkan Pileg 2019 melalui perahunya, Partai Nasdem. Langkah-langkah itu tentunya bukan tanpa alasan, melainkan untuk mencapai sebuah tujuan, maju pada Pilkada 2020 sebagai Bupati Banjar. Isyarat ini sudah tentu dibaca oleh kubu KH Khalilurrahman. Artinya, dapat disimpulkan bahwa KH Khalilurrahman dan H Saidi Mansyur tidak lagi maju bersama untuk memperebutkan kursi Bupati dan Wakil Bupati Banjar pada 2020 mendatang.

Banyak pendapat yang beredar di tengah masyarakat, bahwa H Saidi Mansyur akan “meninggalkan” KH Khalilurrahman untuk bertarung pada Pilkada akan datang. Sepeninggalnya H Saidi Mansyur nanti, beredar nama-nama yang akan menggantikan posisi H Saidi Mansyur untuk mendampingi KH Khalilurrahman, sebut saja seperti politisi muda dari kader Partai Golkar, Andin Sofyan Noor atau polisi muda dari Partai Gerindra yang belakangan namanya melejit setelah meraih suara terbanyak pada Pileg 2019, yakni H Ahmad Rofiqi. Namun betul kah itu? Rumor lain yang beredar sebaliknya, bahwa sosok Andin Sofyan Noor justru menampik kabar itu.

Lalu, apakah KH Khalilurrahman masih tetap akan maju pada Pilkada 2020 mendatang?

Disadari atau tidak, kepemimpinan Bupati Banjar, KH Khalilurrahman yang notabene dikenal sebagai seorang tokoh ulama menjadi tolak ukur dalam Pilkada 2020 mendatang. Artinya, jika kepemimpinan KH Khalilurrahman dinilai kurang baik, maka ketokohan ulama sudah tidak menjadi pilihan utama untuk layak bertarung pada Pilkada 2020.

Belakangan justru tokoh pemuda yang kerap menjadi perbincangan sangat berpotensi meramaikan Pilkada Banjar 2020. Antara lain, mantan anggota DPR RI H Aditya Mufti Ariffin, H Saidi Mansyur, Andin Sofyan Noor, Ahmad Rofiqi dan kader PDIP, Fahrani. Akankah KH Khalilurrahman bergandengan dengan salah seorang di antara mereka ataukah justru akan berhadapan dengan semuanya? Kita lihat saja nanti. (sir).