Tak Berkategori  

Minta Perbaikan, Ratusan Proposal ‘Hantui’ Disdikbud Kalsel

BANJARBARU, koranbanjar.net – Ratusan proposal permohonan perbaikan SMA dan SMK setiap tahun selalu menghantui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalsel.

Dikonfirmasi koranbanjar.net perihal itu, Kepala Disdikbud Kalsel M Yusuf Effendi membenarkan hal tersebut.

Padahal, dikatakannya, setiap tahun selalu berupaya mengurangi sekolah yang rusak dengan cara melakukan rehab. Akan tetapi, hingga kini belum juga tuntas lantaran keterbatasan anggaran.

“Setiap tahun memperbaiki puluhan sekolah prioritas yang rusak parah, dari ratusan proposal. Selain perbaikan, juga berupaya membangun sekolah baru di beberapa daerah yang kekurangan fasilitas pendidikan. Tahun ini misalnya, ada lima sekolah baru yang dibangun,” ujarnya kepada koranbanjar.net saat ditemui di Kantornya, Jumat (8/11/2019).

Dirincikannya, lima sekolah itu terdiri dari tiga SMA dan dua SMK. “Khusus untuk SMA, di Kiram Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu. Sedangkan, yang SMK dibangun di Jaro Tabalong, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar, Marabahan, dan Barito Kuala,” ungkapnya.

Menurutnya, sekolah yang berada di perkotaan sudah cukup. Sehingga pihaknya lebih memfokuskan pembangunan di daerah pinggiran.

Di samping membangun unit sekolah baru, diakuinya tahun ini pihaknya memiliki program pembangunan ruang kelas baru untuk sejumlah SMA.

“Penambahan dilakukan untuk meningkatkan daya tampung dari peserta didik. Sebab, ada beberapa sekolah yang kekurangan ruang kelas. Program pembangunan sekolah dan ruang kelas baru juga dimaksudkan, agar anak usia sekolah yang tersebar di kabupaten kota bisa melanjutkan pendidikan. Sehingga tidak ada lagi siswa SMP yang tidak meneruskan ke sekolah tingkat atas.Sebagaimana program pemerintah, anak-anak wajib belajar 12 tahun,” jelasnya.

Kasi Sarana dan Prasarana SMA Sri Mawarni menambahkan, tahun ini pihaknya telah menerima 300 lebih proposal perbaikan sekolah.

“Paling banyak minta perbaikan ruang kelas, seperti atap dan lantainya,” papar dia.

Akibat adanya keterbatasan anggaran pada tahun ini, pihaknya hanya bisa merehab 10 SMA menggunakan APBD. Namun, Sri enggan mengungkapkan anggaran yang sudah dihabiskan.

“Bangunan SMA yang perlu direhab sebagian besar berada di daerah pelosok. Seperti, di kawasan Kabupaten Banjar, HST dan Tapin. Tapi, kalau di daerah tambang sekolahnya dapat bantuan dari perusahaan seperti di Tanjung dan Batulicin,” lanjutnya.

Tak beda jauh dengan SMA, setiap tahun tidak sampai 20 unit SMK yang bisa direhab dikarenakan keterbatasan anggaran.

Informasi yang dihimpun, rincian data sekolah yang sudah direhab Disdikbud Kalsel selama tiga tahun terakhir yakni SMA pada tahun 2017 sebanyak 16, 2018 sebanyak 11, 2019 sebanyak 10. Sedangkan SMK tahun 2017 sebanyak 13, tahun 2018 sebanyak 10, dan 2019 sebanyak 15. (ykw/dya)