Menyandang predikat sebagai Putri Raja atau Sultan bukanlah perkara mudah. Selain menjaga maruah kerajaan atau kesultanan, sosok seorang putri tentunya juga menjadi tolak ukur sebuah adat dan budaya bagi rakyatnya. Tak hanya itu, sosok putri identik dengan kecerdasan, paras cantik, bahkan memiliki keistimewaan tertentu, baik dalam dunia pendidikan maupun skill berkesenian. Sebut saja misalkan Putri Kerajaan Inggris, istri Pangeran William, Kate Middleton, Duchess of Cambridge, selain memiliki paras yang cantik, wanita kelahiran 9 Januari 1982 ini memiliki modal kecerdasan dan kepedulian sosial yang tinggi. Nah, Kesultanan Banjar juga memiliki mutiara yang saatnya mulai memancarkan kemilau. Putri Gusti Dhia Karima adalah satu-satunya putri Sultan Banjar, H Khairul Saleh Al Muhtasim Billah. Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswi Universitas Trisakti, ternyata dia juga gemar melatih diri untuk memperdalam dan mengembangkan bakat seni tradisonal budaya Banjar.
DENNY SETIAWAN, Kalimantan Selatan
Putri kerajaan sudah tentu dituntut untuk harus menjaga berbagai tradisi adat dan budaya, di samping memiliki popularitas di mata masyarakat. Dari sejumlah Putri Kerajaan atau Kesultanan di berbagai belahan dunia, mereka telah menunjukkan eksistensinya sebagai seorang putri. Kalau Kerajaan Monako memiliki seorang putri yang bernama Charlene. Putri dengan kelahiran 25 Januari 1978 ini, istri dari Pangeran Monako, Albert II tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki berbagai prestasi sebagai atlet renang. Bahkan dirinya menjadi duta Olimpiade Khusus yang banyak memberikan sumbangsih bagi olahraga dunia.
Kemudian di Yordania memiliki Putri Haya bin Al Hussein. Wanita ini dikenal cerdas lulusan St. Hilda dan Oxford University di bidang ilmu politik, dia merupakan putri dari Raja Hussein dan Ratu Alia. Haya terkenal dengan kecerdasannya dalam dunia politik, ekonomi dan filsafat. Sedangkan Bhutan mempunyai Putri Jetsun Pema Wangchuck. Dia adalah permaisuri Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck. Wanita kelahiran 4 Juni 1990 ini memiliki bakat yang luar biasa di bidang seni lukis dan olahraga basket. Sementara Putri Kerajaan Thailand, Sirivannavari Nariratana menjadi satu-satunya anak perempuan yang ada di kerajaan Thailand. Saat ini, dia tercatat sebagai salah satu mahasiswa fashion dan tekstil di Chulalonkorn University.
Serupa tapi tak sama, sosok Putri Kesultanan Banjar, Gusti Dhia Karima kini sudah tumbuh dewasa. Sebentar lagi dia akan menyelesaikan studi strata 1 di Universitas Trisakti Jakarta. Aktivitas kesehariannya sebagai seorang putri juga cukup beragam. Dia aktif pada dunia seni dan budaya, khususnya dalam memperkenalkan budaya Banjar. Putri Karima cukup aktif mempelajari berbagai kesenian Banjar, antara lain memainkan musik tradisional seperti Gamelan. Kesenian musik tradisional ini dia pelajari dari Datu Astaprana Sarbai, Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Putri Karima juga pernah beberapa kali mewakili Indonesia, tampil menunjukkan keterampilan menarinya pada even tahunan di Festival Tong-Tong Fair di Belanda.
Sebagai putri yang memegang teguh adab timur, dia terus digembleng kedua orangtuanya, Sultan Banjar, H Khairul Saleh dan Permaisuri Hj. Raudhatul Jannah untuk peka dan peduli terhadap lingkungan. Setiap pelaksanaan Milad Kesultanan Banjar, Putri Karima selalu terlibat dalam kegiatan sosial, termasuk saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Dia aktif menyalurkan zakat, infak, sedekah kepada petugas kebersihan.
“Zakat, infak, sedekah berasal dari ayahndanya Sultan, Ibunda, kakakndanya Gusti Dhia Hidayat. Dia sendiri juga selalu menyisihkan uang saku dan lain-lain untuk dikumpulkan selama satu 1 tahun. Kemudian, setiap minggu terakhir di bulan Ramadhan, sumbangan itu dikumpulkan. Karima lah yang bertugas mengumpulkan, menyiapkan dan membagikan kepada yang berhak,” ungkap Permaisuri Hj. Raudhatul Jannah.(*)