Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Banjarbaru

Menopang Dagu Ternyata Bisa Merubah Susunan Gigi

Avatar
622
×

Menopang Dagu Ternyata Bisa Merubah Susunan Gigi

Sebarkan artikel ini
drg Fidiyah Inayati Sp Ort dari Poliklinik Ortodonti RSD Idaman Kota Banjarbaru. (Sumber Foto: RSD Idaman Kota Banjarbaru/koranbanjar.net)

drg Fidiyah Inayati Sp Ort dari Poliklinik Ortodonti RSD Idaman Kota Banjarbaru memberikan info kesehatan, bahwa kebiasaan menopang dagu bisa  berdampak buruk bagi rahang maupun susunan gigi.

BANJARBARU, koranbanjar.net – Dokter gigi yang memiliki spesialis ortodonti ini memberitahukan kebiasaan menopang dagu harus dihentikan karena itu berbahaya bisa merubah susunan gigi.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Seberapa sering menopang dagu?

Sebagian notulen yang ditanya menjawab, kadang-kadang melakukannya dan ada juga malah sering melakukannya, menopang dagu dengan tangan.

Menopang dagu dilakukan oleh bersangkutan ketika melamun, ada pula saat fokus melakukan pekerjaan.

Lalu, apakah ada dampaknya yang dirasakan menopang dagu bagi kesehatan mereka?

Notulen menyatakan nyeri pada leher, pegal di leher dan pegal pergelangan tangan.

“Ketika kebiasaan menopang dagu dilakukan secara berulang ulang dan waktu lama akan menimbulkan efek atau dampak buruk. Misalnya rahang akan tidak sama di bagian kiri dan kanan,” terang dokter Fidiyah.

Pengaruh lainnya sebut Fidiyah Inayati, yakni berpengaruh terhadap wajah, wajah menjadi tidak simetris, bahkan susunan letak gigi geligi tidak teratur karena pola rahang sudah berubah atau susunan gigi tidak beraturan.

“Efek panjangnya antara lain gigi akan susah dibersihkan, gusi menjadi rentan karies gigi dan gampang berdarah, menimbulkan bau mulut,” katanya.

Dampak lain, mengakibatkan efektivitas penguyahan di mulut menjadi tidak optimal dan mempengaruhi pencernaan.

“Kebiasan menopang dagu tersebut harus dihentikan. Tanamkan kepada pasien tentang dampak buruk dari menopang dagu,” pesan dia.

Ketika mengetahui maka pasien setiap kali akan melakukan kebiasaan, tentu pasien akan lebih memperhatikan diri dan mengontrol diri, sehingga lama kelamaan akan menghentikan kebiasaan menopang dagu tersebut.

“Pada anak anak tentu kesadaran belum bisa kita tanamkan maka peran orang tua dan pengasuh menghentikan ini,” katanya.

Setiap kali anak melakukan kebiasaan menopang dagu maka peran orang tua atau pengasuh harus mengingatkan untuk tidak melakukan hal itu. (dya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh