Religi  

Mengunjungi Situs Keramat di “Kampung” Gaib Pahajatan

FEATURE, KORANBANJAR.NET – Ada sebuah situs keramat yang sangat aneh bernama Pahajatan Batu Piring, di Desa Tungkap, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan. Di tempat mistis ini terdapat ratusan rumah kecil yang dipercaya masyarakat sebagai kampungnya makhluk gaib.

Laporan Jurnalis KoranBanjar.Net, MUHAMMAD RAMLI, Paringin – Balangan

Dari pantauan langsung koranbanjar.net, awal pekan tadi, lokasi Pahajatan Batu Piring ini diperkirakan berukuran sekitar 10 x 20 meter, dengan dipenuhi deretan ratusan miniatur rumah kecil berbagai macam bentuk yang sangat detail layaknya rumah sungguhan.

Hal ini membuat kesan Pahajatan Batu Piring bagaikan miniatur sebuah perkampungan. Di lokasi ini juga terdapat sebuah bangunan yang digunakan untuk berhajat.

Rumah-rumah kecil ini sengaja dibuat oleh masing-masing orang yang datang ke Pahajatan dengan membawa sebuah hajat atau keinginan. Setelah hajat mereka tercapai, biasanya mereka membangun rumah kecil di Pahajatan.

Namun karena sudah termakan usia, sebagian rumah di Pahajatan sudah ada yang lapuk. Rata-rata rumah yang masih utuh adalah puluhan rumah yang dibuat dari tahun 2005. Hal itu terlihat dari tulisan tahun pembuatan rumah yang ditulis pembuatnya di bagian depan rumah. Sedangkan rumah yang paling baru dibuat adalah pada Januari 2019 tadi.

Salah satu miniatur rumah yang dibuat di tahun 2016, lengkap dengan tulisan pemilik hajatnya. (foto: mdr/koranbanjar.net)

Meski pada kenyataannya hanya berupa miniatur rumah dengan ukuran kecil, namun banyak yang percaya, di alam gaib rumah-rumah tersebut berukuran seperti rumah sebenarnya.

Menurut seorang juru kunci Pahajatan, Asransyah, rumah-rumah kecil di Pahajatan sudah ada sejak 1960an. “Saya merupakan generasi kedua yang menjadi juru kunci di sini setelah almarhum ayah saya,” ujar Asransyah, saat ditemui koranbanjar.net di gerbang Pahajatan.

Di tempat ini, cerita Asran, terdapat sebuah tempat pemandian yang dipakai untuk ritual mandi.

Tempat pemandian di Pahajatan. Terlihat ada sebuah papan yang dipaku di pohon bertuliskan larangan meletakkan sesajian. (foto: mdr/koranbanjar.net)

“Mandi di sini pun terbagi dua, ada mandi badudus dan ada mandi batatamba. Mandi badudus merupakan mandi yang hanya dikhususkan untuk keluarga maupun keturunan dari ayah saya. Tapi maaf, tujuannya tidak bisa saya jelaskan,” cerita Asran.

Sedangkan mandi batatamba, dijelaskannya, adalah ritual mandi untuk orang yang terkena perbuatan (guna-guna atau semacamnya, red) orang lain. “Mandi ini dilakukan pada hari Jumat,” ujar pria yang rumahnya tak jauh dari Pahajatan Batu Piring itu.

Selain dua macam ritual mandi tersebut, dikisahkannya, ada lagi ritual mandi yang disebut mandi hajat besar dengan belasan syarat yang harus dipenuhi dalam ritualnya.

“Namun tidak saatnya kalian tahu apa saja syaratnya,” katanya kepada penulis.

Hari yang dipakai untuk berhajat di Pahajatan pun tidak dapat dilakukan sembarang hari terkecuali hanya pada hari Senin dan Jumat saja. Sebab, menurut Asran, di dua hari itulah para “penghuni” tempat di Pahajatan sering berkumpul. Penghuni yang dimaksud adalah sosok gaib penunggu Pahajatan.

“Kalau hari Senin biasanya banyak yang berhajat untuk membuka pintu rezeki, usaha, dan membuka pancaran kewibawaan. Sedangkan untuk hari Jumat biasanya hajatnya untuk rumah tangga dan dunia kemistikan,” tuturnya.

Miniatur rumah di Pahajatan tak dibuat sembarangan. Bahkan tak sedikit rumah yang dibuat dengan detail jendela lengkap dengan ventilasinya. (foto: mdr/koranbanjar.net)

Selain terkenal dengan suasana mistisnya, Asran mengungkapkan, keberadaan Pahajatan juga dipercaya menyimpan harta orang gaib seperti emas, dan perhiasan terpendam lainnya.

Dikisahkannya lagi, bagi orang yang pernah datang ke Pahajatan pada malam hari, khususnya di malam Senin dan Jumat, maka biasanya mereka akan mengalami berbagai macam hal di luar nalar manusia, dari mendengar suara aneh hingga menemui penampakan makhluk gaib.

“Sejak dulu sudah banyak yang membuktikan. Terserah mau percaya atau tidak, tetapi jangan meremehkan atau sampai menghina ‘penghuni’ orang di sini,” ungkapnya.

Di akhir wawancara, juru kunci Pahajatan berusia 40 tahunan ini berpesan, walaupun Pahajatan merupakan tempat untuk berhajat, namun jangan sekali-kali membawa sesajian ke Pahajatan.

“Itu kerjaan setan. Jadi apabila ingin melakukan selamatan di sini (Pahajatan), bawa makanan secukupnya saja, jangan berlebihan, apalagi sampai ditinggal. Kalaupun ada makanan yang berlebihan maka harus dibawa pulang, jangan ditinggal,” pesannya.  (mdr/dny)