Mengintip Proses Pembuatan Meriam Karbit di Desa Buluan HST

HST, KORANBANAJR.NET – Selain harus merogoh kocek yang tidak sedikit, ternyata proses pembuatan meriam karbit yang terbuat dari batang pohon aren yang nantinya akan digunakan untuk memeriahkan malam Hari Raya Idul Fitri 1439 H ini juga terbilang cukup rumit serta sangat memakan tenaga.

Menurut salah seorang pembuat meriam karbit pohon aren dari warga Desa Buluan, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Junai, biaya pembuatan per 1 batang meriam dari awal hingga jadi mencapai Rp 500.000. Sedangkan sumber uang untuk biaya pembuatan meriam karbit ini semuanya ditanggung oleh setiap warga masing-masing yang ingin membuat meriam karbit tanpa batuan uang dari pihak manapun.

Secara rinci, Junai menceritakan pembuatan meriam karbit kepada koranbanjar.net yang sudah menjadi tradisi puluhan tahun bagi masyarakat Kecamatan Pandawan yang selalu dilakukan setiap tahun di malam Hari Raya Idul Fitri ini, Senin (5/6).

Dikatakan Junai, tak semua pohon aren dapat dijadikan meriam karbit, hanya pohon aren tua yang sudah memiliki ukuran batang antara 12 hingga 15 M dan berdiameter 1 M sajalah yang bisa dibuat untuk jadi meriam karbit.

Setelah membeli pohon aren yang biasanya seharga 100 hingga 200 ribu rupiah per batang dari pemiliknya, selanjutnya pohon ditebang dengan menggunakan gergaji mesin. Semua kotoran yang menempel pada batang pohon aren yang baru ditebang ini lalu dibersihkan dengan handuk.

“Batang pohon aren yang sudah ditebang dan dibersihkan kemudian diangkut dengan menggunakan gerobak ke tempat pembuatan meriam yang sudah disediakan,” tutur Junai.

Ketika tiba di tempat pembuatan yang sudah disediakan, di sinilah proses pembuatan meriam karbit ini di mulai. Awalnya, batang pohon aren dibelah dua dengan meggunakan baji besi. Setelah berhasil dibelah menjadi 2, serat pohon yang ada di bagian dalam batang dibersihkan dan dibuang dengan menggunakan linggis atau alat sejenisnya lalu kemudian batang pohon aren ini disatukan kembali dan ditambal menggunakan seng serta alumunium.

Belum cukup sampai di situ, untuk proses terakhir agar lebih kuat, setelah ditambal, batang pohon aren ini kemudian diikat erat dengan menggunakan kulit bambu yang sudah dihaluskan.

“Sampai di sini biaya yang dikeluarkan untuk satu batang meriam mencapai 500 ribuan rupiah dan murni dari kantong kami sendiri, tidak ada bantuan dari manapun,” ungkapnya.

Proses pembuangan serat pohon pada bagian dalam batang pohon aren yang sudah dibelah dua.

Walaupun uang yang dikeluarkan untuk pembuatan meriam karbit ini murni berasal dari kantong masing-masing, dijelaskan Junai, setiap proses pembuatannya dilakukan bersama-sama secara gotong-royong.

“Satu batang meriam karbit ini pembuatannya memakan waktu 7 hingga 10 hari. Karena makan waktu lama dan susah, maka pengerjaannya pun dilakukan oleh 2 sampai 5 orang warga setempat dengan bergotong-royong,” ujarnya. (mj-010/dny)