Mengenal dari dekat sosok tokoh muda Pribadi Heru Jaya (1)

Menjalani Hidup Selalu Berpegang Pada Nasehat Ibu

“Saya pernah sebagai petugas lapangan di suatu perusahaan pengadaan ternak sapi, pernah bekerja honor pertanian masyarakat, menjadi sales sambil kuliah guna bisa bertahan dan melengkapi kebutuhan kuliah”.

MUHAMMAD NURHUDA, Martapura

SELASA (1/10/2019) bertepatan dengan seperempatnya matahari naik ke atas langit pagi menjelang siang, yang bisa dibilang hari cerah. Saya kembali menyusuri jalan kota Martapura, berharap mendapatkan sebuah cerita inspirasi. Lalu, terbersitlah di pikiran untuk mengunjungi kantor DPRD Kabupaten Banjar di Jl A Yani Km40 Martapura. Mencari sesosok pendengar aspirasi masyarakat yang berada di sana.

Singkat cerita saya bertemu dengan seorang lelaki berperawakan tegap dan tangguh.

Heru Pribadi Jaya

Melihatnya, membuat saya terpancing untuk menyapa. Betul, ternyata laki laki ramah tadi adalah salah satu orang yang menjadi pendengar aspirasi masyarakat.

Berkenalan lah saya dengannya, H Pribadi Heru Jaya SPi sering dipanggil dengan Bapak Heru. Saat ini, dia tinggal di Komplek Pangeran Antasari Kelurahan Jawa Kecamatan Martapura, menjabat sebagai anggota dewan Kabupaten Banjar periode 2019 – 2024.

Sedikit berbincang dengan pak Heru membuat saya semakin tertarik untuk membuat cerita perjalanan dia. Sampai akhirnya pak Heru mengajak saya untuk mengobrol lebih santai di rumah sambil menikmati hangatnya teh yang disediakan.

Alhamdulillah, permintaan saya untuk mengangkat sedikit kisah biografi pak Heru disetujui, sehingga tidak menyia-nyiakan kesempatan waktu yang diberikan saya langsung memberikan beberapa pertanyaan yang akhirnya dijawab dengan cerita, biografi Pribadi Heru Jaya.

Berawal dari cerita sebuah keluarga yang mempunyai sepuluh orang anak, Heru adalah anak terakhir dari ke sepuluh bersaudara, hidup sederhana hingga kabar duka menghampiri keluarga sederhana ini, ditinggalkan sang ayah sosok tulang punggung keluarga yang sangat dihormati membuat sedih semua anggota keluarga. Dengan begitu secara otomatis sang ibu menjadi pengganti tulang punggung.

Selanjutnya, Heru tidak bisa tinggal diam dengan keadaan ini.

Selesainya sekolah menengah atas, Heru berinisiatif untuk bekerja tanpa melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi guna membantu ekonomi keluarga. Satu tahun dilewati Heru dengan bekerja hingga dia rasa, bahwa dia bisa kuliah sambil bekerja, masuklah Heru ke bangku kuliah.

“Saya pernah bekerja sebagai bimbingan masyarakat disuatu perusahaan pengadaan ternak sapi, pernah bekerja honor pertanian masyarakat, menjadi sales sambil kuliah guna bisa bertahan dan melengkapi kebutuhan kuliah,” katanya sambil mengingat kembali cerita lama.

Begitulah cerita semasa heru menginjak bangku sekolah yang mana dimasa itu sedang mengalami krisis ekonomi di keluarga dengan ditinggal sosok panutannya sang ayah, sehingga membuat heru tidak punya pilihan selain kuliah sambil bekerja.

Namun semua itu membuat karakter Heru sangat mandiri dan kuat dalam menjalani kehidupan.

Selama dia menjalani kerasnya kehidupan kuliah sambil bekerja, nasehat sang ibu tidak akan pernah dia lupa dan nasehat itulah yang selalu dipegangnya.

“Kalian boleh melakukan apa saja, dan berkaryalah, tuntutlah ilmu setinggi-tingginya dengan cara apapun dan maksimal kemampuan, tapi harus ingat jangan pernah bermasalah pada kriminal dan tetap jaga akhlak yang diajarkan oleh agama kita,” sambil mengulang dan mengingat kembali nasihat sang ibu.

Banyak yang dirasakan dalam kebijakan dan perpolitikan daerah yang terasa masih belum maksimal berpihak pada kepentingan rakyat.

Berbicara bahwa Heru juga seorang aktivis, disitulah dia berpikiran bahwa dia tidak bisa hanya bersuara menyampaikan ini itu dalam sekejap akan berubah, berinisiatiflah bahwa dengan cara berpolitiklah dia bisa memperjuangkan apa yang dipikirannya dan merubah apa yang dirasa janggal, masuklah ke sebuah partai politik.

Partai apa pilihannya, bisa disimak pada tulisan berikutnya. (bersambung)