Religi  

Menelusuri Sejarah dan Keangkeran Mes L

FEATURE, KORANBANJAR.NET – Meski Mes L kini telah digunakan untuk kegiatan seni dan budaya, namun jika kita mundur ke tahun 2017 sebelum mes berbentuk L itu direnovasi, tentu kesan angker akan sangat terasa di mes yang pada sekitar tahun 1963 itu dihuni para ekspatriat Uni Soviet (sekarang Rusia).

Laporan Jurnalis KoranBanjar.Net, YULIANDRI KUSUMA WARDANI, Banjarbaru

Memang, pada masa itu Mes L yang berada di pertigaan Jalan Garuda dan Jalan Merpati, Kelurahan Komet, Banjarbaru itu, digunakan sebagai wismanya para pekerja industri berkebangsaan Uni Soviet untuk pengerjaan proyek besi baja di Kalimantan, berdasarkan hasil kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Uni Soviet kala itu.

Namun, akibat meletusnya peristiwa Gerakan 30 September pada 1965, hubungan diplomatis antara Indonesia dengan Uni Soviet sirna seketika. Rencana eksplorasi besi baja di Kalimantan pun gagal total.

Konspirasi politik hingga pelarangan Partai Komunis Indonesia (PKI) di seluruh Indonesia menjadi sebab akibat hubungan manis antar dua negara tersebut menjadi pupus, tak terkecuali keberadaan para pekerja industri Uni Soviet yang tinggal di Mes L.

Semenjak peristiwa G30S meletus, tak satupun orang Uni Soviet yang tersisa di Mes L. Mereka pulang ke kampung halamannya masing-masing di Uni Soviet.

Cerita sejarah Mes L ini dibenarkan salah seorang warga Banjarbaru yang mengaku banyak mengetahui tentang sejarah Mes L.

“Benar, Mess L itu sudah ada sejak sekitar 1960, bahkan sudah ada sebelum Museum Lambung Mangkurat. Di sana dulu pernah dijadikan tempat tinggal para pekerja Rusia, tetapi karena banyak yang pindah tugas, akhirnya tak ada lagi yang menghuni mes itu sampai puluhan tahun,” tuturnya.

Sejak saat itulah, mes milik TNI AU ini terbengkalai bagaikan rumah hantu. Bangunannya suram, lapuk dan tak terurus hingga tertutupi semak serta dedaunan pohon beringin.

Bahkan, menurut narasumber pria yang bersedia menceritakan tentang Mes L kepada penulis asal namanya tak dikorankan itu, bangunan Mes L sebelumnya pernah dijadikan sebagai tempat uji nyali, namun akhirnya para penyelenggaranya banyak yang tak tahan akibat angkernya mes tersebut.

“Apalagi di belakang Mes L ada sumur bor tua buatan Rusia,” ujarnya.

Sebelum direnovasi, bangunan Mes L terkesan begitu angker dan suram. (foto: net)

Pria yang mengaku sehari-harinya bekerja sebagai petani ini menceritakan, dulunya, tumbuh pohon beringin besar di belakang bangunan Mes L.

“Saking besarnya, satu orang manusia tak bisa memeluk pohon beringin di situ. Dulu, sebelum akhirnya mati sendiri, pohon beringin itu sempat ingin ditebang. Namun sebelum sempat ditebang keesokan harinya, si penebang pohon yang ditugaskan untuk menebangnya mengaku bermimpi ditemui ‘penghuni’ pohon beringin di situ, yang mengatakan pohon tersebut boleh ditebang namun harus ditebus dengan tumbal kepala manusia,” kisahnya.

Penghuni yang dimaksud merupakan sosok gaib yang menghuni pohon beringin tersebut.

“Sekarang pohon beringin itu telah mati, mati sendiri. Mungkin karena usianya sudah terlalu tua. Tetapi kini tumbuh lagi anak pohonnya,” tambahnya.

Saat ingin merenovasi Mes L kemarin, diteruskannya, para pekerjanya sempat mendatangkan tujuh “orang pintar”. Dari penelusuran gaib para orang pintar tersebut, ternyata ada tiga pohon di Mes L yang tidak boleh ditebang, yakni pohon kariwaya yang terletak di depan bangunan, pohon belimbing dan pohon beringin yang berada di belakang bangunan.

Menurutnya, hingga saat ini banyak warga Banjarbaru yang mempercayai tiga pohon itu merupakan ‘rumahnya’ atau ‘istananya’ penghuni Mes L.

“Dulu saya pernah dua kali melihat mata jin di situ, warnanya merah seperti bara api menyala. Awalnya saya kira ada orang sedang merokok, setelah saya ikuti sampai ke belakang museum, ia menghilang, dan ternyata sama sekali tidak ada orang di situ,” katanya sambil memegang bagian belakang lehernya.

Menurut pria yang tinggal tak jauh dari Mess L itu, selain dirinya, warga setempat lainnya pun sering melihat penampakan di Mess L. Bahkan tak hanya warga, para pekerja untuk perenovasian bangunan mes pun ikut menjadi saksi angkernya Mes L.

Kejadiannya sebelum peresmian Mes L. Ketika petang atau mendekati waktu salat magrib, para pekerja bangunan Mes L tiba-tiba merasa kedinginan hingga menggigil.

“Anehnya, pas ketika siang mereka kembali sehat. Ada juga yang menceritakan pernah melihat ular besar di Mes L, yang diyakini sebagai jelmaan penunggu Mes L. Biasanya kalau di atas pukul 12.00 malam, apalagi pas malam Jumat, kalau kita berani malah ‘mereka’ yang akan menampakan diri. Mereka tidak mengganggu, mungkin hanya ingin menunjukkan bahwa mereka ada saja,” ungkapnya.

Terlepas dari benar atau tidaknya keangkeran dan hal aneh di luar nalar yang sering dialami warga di sekitar bangunan Mes L, tak dapat dipungkiri, bangunan Mes L sarat akan nilai sejarah yang tinggi. Jika dihitung dari usia bangunannya, tentu Mes L berusia lebih dari 50 tahun. Artinya, kriteria utama untuk menjadi situs cagar budaya telah dimiliki bangunan Mes L. (ykw/dny)