Tak Berkategori  

Menelusuri Kisah Muasal Intan Trisakti Kalimantan Selatan

Batu paling berharga atau intan memang dikenal sangat susah didapatkan, begitu pula dengan penemuan intan trisakti asal Kalimantan Selatan yang pernah mendunia di masa Kepresidenan Ir Soekarno waktu.

Laporan Jurnalis : Hasanudin

Selasa, (20/10/2020) sore, sehabis salat ashar saya berangkat dari kos mengendari motor matic menuju pendulangan pumpung Cempaka. Kurang lebih 15 menit akhirnya saya sampai jua ketujuan, setelah sampai, saya mengambil gambar tugu dengan kaca yang membentuk permata di atasnya, yang berdiri tegak sejak kurang lebih setengah abad silam. Saya ambil dari beberapa sisi, orang-orang sekitar nampak sedikit aneh memperhatikan saya, tapi saya tak peduli.

Usai mengambil gambar tugu intan trisakti tadi, saya langsung menghampiri orang yang dari tadi memperhatikan saya. “Assalamualaikum,” ucap saya. “Waalikumsalam,” jawab lelaki paruh baya yang sedang duduk di depan warung miliknya.

Saya memperkenalkan diri, lalu saya bertanya terkait tugu intan trisakti. Namun lelaki tua itu tak begitu mengetahui ihwal cerita tempo dulu yang berkaitan dengan intan trisakti. Kendati demikian, pak tua memberikan alamat anak dari penemu intan trisakti pada masa lampau itu.

“Ikam keluar jalan ni, paling 100 meter, kena ada warung, takuni ja di sana ngaran Ugi,” kata lelaki itu dengan khas logat bahasa banjar.

Saya pun pamit dari beliau dan langsung menuju petunjuk yang telah diberikan tadi. Tak sampai 5 menit, saya mendapati warung dan seorang lelaki. Namun sayang, warung itu tutup, lalu saya bertanya pada lelaki yang ada dekat warung itu. “Permisi, pian tahulah lawan pak Ugi?” Tanya saya. Lelaki itu menunjuk arah warung yang tutup. “Nih warungnya, tapi urangnya kadada, hadangi ja setumat kena inya datangai,” sahut bapak itu.

Saya pun duduk menunggu pak Ugi seperti yang diceritakan bapak tua di dekat tugu intan trisakti tadi. 10 menit berlalu, ternyata benar pak Ugi datang dan membuka warungnya.

Singkatnya, saya bertanya kepada beliau (Ugi) tentang awal penemuan intan trisakti puluhuan tahun lalu itu. Sugiani (50) atau lebih dikenal warga setempat dengan panggilan Ugi ini mengisahkan. Katanya, ia adalah anak dari pasangan Haji Sukri dan Hj Normakiah (penemu intan trisakti).

“Abah lawan mama tu sudah puluhan tahun jua begawi mendulang intan nitu, pas tahun 1965 (mun kada salah) sidin ulihan intan nangkaya bola pimpong. Geger ai urang barataan,” ujar Ugi mengisahkan.

“Setelah itu?” Tanyaku lagi. Setelah itu, kata Ugi, intan itu tidak dijual, saat itu pemerintah mengambil alih kepemilikan dengan memberikan panjar (uang muka) dengan memberangkatkan haji, semua yang saat itu ikut mendulang intan.

“Abah mama tu tulakakan haji sebagai panjar,” kata ayah dari 3 anak itu.

Ia melanjutkan ceritanya, setelah pergi haji dan pulang kembali ke kampung halaman. Keluarganya kembali mengurus surat-menyurat intan yang telah diserahkan kepada pemerintah saat itu, karena menurut mereka masih ada sisa pembayaran. Namun tak ada hasil hingga sekarang.

“Padahal kami sampai tujuh turunan dijamin santunan oleh pemerintah, kaitu janjinya dahulu. Tapi kadada jua,” kekehnya.

“Tapi aku ni kada tapi ngerti jua masalah meurus-urus nintu, kaka ku pang lebih tahu ni, tapi urangnya kadada,” timpal Ugi.

Anak dari penemu intan terbesar di Kalimantan Selatan itu menyatakan, jika intan yang didapat orang tuanya itu dijual, ia menaksirkan bisa mencapai 10 terliun rupiah.

Tapi sayang, malang tak dapat diraih, untung tak dapat ditolak. Kini Ugi anak dari penemu intan trisakti yang mendunia dan istri serta 3 anaknya hanya mempunyai usaha kecil dengan 1 warung untuk melanjutkan kehidupan dan pendidikan anak-anaknya.

Setelah kurang lebih 20 menit ia bercerita, saya pun ijin pamit untuk kembali pulang, mengingat hari sudah mulai menggelap.

Belakangan, info yang dihimpun tim, Negara Belanda yang sempat menjajah bumi pertiwi ini berniat akan mengembalikan beberapa pusaka milik Indonesia yang di rampas masa penjajahan silam. Di antaranya intan trisakti Kalimantan Selatan.