Menakar Intelektual DR.Ir.Hastirullah Fitrah, MP (1); Akademisi Yang Layak Menjadi Bakal Calon Gubernur

Cerdas! Satu kata itu sepertinya pantas ditujukkan kepada akademisi yang satu ini. Dia bukan orang kaya raya, bukan pejabat penting di pemerintahan dan bukan pula publik figur. Dia hanya seorang akademisi yang memiliki intelektual tak diragukan untuk memikirkan langkah-langkah yang strategis dalam memajukan Provinsi Kalimantan Selatan. Dia adalah Rektor Universitas Ahmad Yani, DR. Ir.Hastirullah Fitrah, MP. Seperti apa pemikiran dan wawasan yang dimiliki tokoh ini untuk mengeluarkan Kalimantan Selatan dari berbagai persoalan pelik? Berikut petikan wawancaranya dengan koranbanjar.net.

DENNY SETIAWAN, Banjarbaru

Masyarakat Kalimantan Selatan lebih cenderung “mendevinisikan” bahwa mereka yang pantas menjadi seorang kepala daerah, seperti Gubernur Kalimantan Selatan, hanya seorang yang berduit, kaya-raya, memiliki dinasti politik dan berdarah biru. Tanpa memperhatikan kemampuan dari sisi intelektual atau keilmuan.

Akhirnya, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) diselesaikan dengan cara-cara yang praktis, menggunakan pola-pola transaksional, tanpa uang, calon kepala daerah tak bisa memenangkan pertarungan. Sebaliknya, mereka yang memiliki kemampuan intelektual lebih mumpuni justru tersingkir, karena tak memiliki kekuatan finansial.

Satu contoh yang sekarang dialami masyarakat Kalimantan Selatan khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya adalah persoalan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang menyebabkan kabut asap, hingga menimbulkan penyakit ISPA. Apa yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan untuk mengatasi itu? Solusi yang dilakukan masih pada tataran yang klasik, melakukan pemadaman dengan berbagai cara dan menggerakkan seluruh kekuatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Apakah pemerintah pernah mengamati persoalan mendasar yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan?

Ir. Hastirullah, MP merupakan akademisi yang ahli di bidang pertanian dan lingkungan. Menurut dia, kebakaran lahan bukan disebabkan oleh kesalahan petani, tapi dia menduga lebih beralasan dilakukan pihak perkebunan.

“Coba kita amati, petani itu paling luas memiliki lahan pertanian berapa sih? Saya rasa, paling luas satu hektar. Kalau toh mereka membuka lahan dengan cara membakar lahan, saya berkeyakinan, mereka akan menjaga areal yang dibakar, itupun dilakukan secara gotong royong, dengan jumlah orang yang banyak. Artinya, kemungkinan kebakaran lahan yang luas akan sangat kecil terjadi,” jelas dia.

Sebaliknya, perusahaan-perusahaan perkebunan memiliki luas lahan yang tidak sedikit. Untuk membuka lahan itu mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, kemungkinan membuka lahan dengan cara membakar lahan oleh perkebunan, sangat mungkin terjadi. Karena dapat menghemat biaya secara siginfikan.

Jadi pertanyaan sekarang, apa solusi untuk mengatasi kebakaran lahan? Salah satu cara yang bisa dilakukan, menurut Hastirullah, bekali petani-petani ilmu untuk mengatasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Misalnya, masyarakat Banjar, khususnya petani akan melakukan pembukaan lahan dengan adat tradisional Banjar. Mereka akan membuka lahan dengan berbagai ritual, apalagi kalau menggunakan adat Banjar. Hidupkan kembali kelompok tani-kelompok tani, baik petani sawah maupun petani kebun. Budayakan gotong royong dalam setiap membuka lahan yang baru. Hal ini dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

“Jadi, dalam setiap kebakaran lahan, jangan sampai petani yang disalahkan atau menjadi tumbal. Terkadang petani menjadi tumbal yang kecil, kemudian pemerintah menjadi tumbal yang besar. Sementara seperti kita tahu, banyak perusahaan kebun yang berinduk di pusat hingga luar negeri, seperti Malaysia, Singapura dan lainnya. Mereka menikmati hasil kebun di tanah kita, tetapi yang merasakan dampak kabut asap dari kebakaran lahan justru kita. Artinya, pengusaha-pengusaha kebun, enak-enakan menikmati di negeri mereka, tetapi mengapa kita yang merasakan akibatnya?” ucap dia.

Oleh sebab itu, menurut doktor ahli di bidang biologi, pertanian dan lingkungan ini, pemerintah daerah harus jeli melihat persoalan ini. Kalau perlu kumpulkan orang-orang hebat, akademis, doktor, profesor, untuk duduk satu meja. Bahas semua persoalan di Kalsel dan mintalah saran dan analisanya, bagaimana Kalimantan Selatan agar dapat keluar dari persoalan kebakaran lahan dan kabut asap yang selalu terjadi setiap tahun, bukan hanya sekadar memadamkan, kemudian tahun berikutnya terjadi lagi.(bersambung)