BANJARBARU – Angin puting beliung yang merobohkan rumah jomblo beserta 16 rumah warga lainnya kemarin, menjadikan pertanda bahwa kita sebentar lagi memasuki masa peralihan atau yang biasa disebut pancaroba. Pancaroba adalah masa peralihan antara musim kemarau ke musim penghujan, atau sebaliknya.
Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Goeroeh Tjiptanto yang diwawancara koranbanjar.net melalui pesawat telefon, dia mengatakan sekarang kita sedang mengalami masa peralihan.
“Karena ada masa peralihan, dari musim kemarau ke musim hujan biasanya ada fenomena alam yang menyertai. Salah satunya angin puting beliung dan hujan yang tidak cukup luas atau tidak merata. Misal di suatu daerah itu siangnya panas, terus sorenya hujan itu berarti masih masuk ke musim kemarau. Meskipun kemarau kok ada hujan, nah itu yang disebut masa peralihan,” ujarnya.
“Nah justru dimasa peralihan ini fenomena angin puting beliung kerap terjadi. Kalau pas musim hujan malah jarang terjadi angin yang kencang gitu. Bukan berarti tidak ada, hanya saja jarang, mungkin 1 : 10 kejadian. Kecil kemungkinan terjadi angin beliung di saat sudah memasuki musim hujan,” tambahnya.
Ditanya tentang apakah kita akan bersiap-siap menghadapi musim hujan, dia menjawab tidak hanya harus siap menghadapi masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, karena iklim di Indonesia hanya mempunyai 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, maka memang harus bersiap-siap menghadapi masa peralihan di antara 2 musim tersebut.
Daerah yang harus diwaspadai atau menjadi zona rawan terjadi angin beliung seperti keterangannya, adalah daerah yang awalnya hutan lalu diubah menjadi lahan pertanian atau menjadi tempat pemukiman.
“Kalau angin puting beliung tidak bisa diprediksi dimana terjadinya, bisa di dataran tinggi bisa juga di dataran rendah. Daerah-daerah yang harus digarisbawahi adalah daerah yang cenderung homogen. Homogen adalah wilayah yang telah mengalami perubahan fungsi secara drastis, misalkan dulu daerah tersebut banyak tanaman atau pepohonan atau sebut saja hutan, kemudian tanaman atau hutan tersebut ditebang dan dijadikan lahan pertanian atau perumahan.
Nah jika tanah yang asalnya hutan dan banyak tumbuhannya diubah menjadi lahan pertanian atau perumahan, maka ketika tanah itu terkena sinar matahari ‘kan pemanasannya jadi lebih cepat atau jadi lebih tinggi suhunya sehingga tekanan udaranya menjadi lebih rendah.
Angin itu bergerak dari tekanan yang tinggi menjadi tekanan yang rendah sehingga nanti semua angin akan lari ke tempat yang tekanan udaranya rendah, lalu terjadilah pusaran angin yang orang biasanya sebut sebagai angin puting beliung,” jelasnya.
Biasanya, imbuh dia, jika di suatu daerah terjadi angin puting beliung berarti di tempat itu telah terjadi perubahan lingkungan, kalau suatu sebagian daerah masih banyak terdapat pohon-pohon dan sebagian daerah lain dibangun sebuah perumahan maka angin yang dari tekanan tinggi yaitu dari daerah yang masih banyak pohon tadi akan lari semua ke tekanan rendah yaitu ke daerah yang diubah menjadi perumahan tersebut tadi.
Jadi kesimpulannya, angin puting beliung yang meratakan rumah jomblo adalah rasional saat suatu daerah yang awalnya adalah sebuah hutan lalu diubah menjadi lahan perumahan maka tekanan udaranya menjadi lebih rendah dan terjadilah fenomena alam yang disebut angin puting beliung .(ana)