Kisah Sukses Produsen Keripik Singkong Martapura, Berpenghasilan Rp20 Juta per Bulan dan Gaji 18 Karyawan

Home Industri Keripik Singkong Kita di Murung Kenanga Martapura. (Foto: Koranbanjar.net)
Home Industri Keripik Singkong Kita di Murung Kenanga Martapura. (Foto: Koranbanjar.net)

Satu lagi kisah sukses muncul dari Kelurahan Murung Kenanga (Tunggul Irang Seberang) Kota Martapura, Kabupaten Banjar. Home industri keripik singkong yang dikelola Azizah ini awalnya hanya memperoduksi 5 kilogram pada tiga tahun silam. Kini, dia sudah memproduksi rata-rata 400 kilogram per bulan, dengan jumlah pelanggan yang tidak sedikit.

MARTAPURA, Denny Setiawan

Penulis, Denny Setiawan
Penulis, Denny Setiawan

Kesuksesan produsen ‘Keripik Singkong Kita’ asal Murung Kenanga (Tunggul Irang Seberang) ini tidak luput dari tangan dingin mantan anggota DPRD Banjar, Khairuddin.

Khairuddin dikenal cukup piawai mendorong warga Murung Kenanga yang semula tidak memiliki pekerjaan, kini memiliki pekerjaan tetap, bahkan mampu merekrut tenaga kerja dari warga sekitar.

Salah satunya mendorong seorang ibu rumah tangga, Azizah yang semula tidak memiliki home industri, kini dari memproduksi keripik singkong telah memiliki pendapatan Rp20 juta per bulan, bahkan mampu mempekerjakan 18 karyawan.

Khairuddin mendampingi Azizah saat diwawancai koranbanjar.net, Rabu (2/10/2022) menceritakan, semua orang bisa membuat keripik singkong, tetapi kebanyakan orang hanya belanja sendiri, mengolah sendiri, jual sendiri hingga ngepak sendiri, tidak bentuk home industri yang cukup besar.

“Awalnya, bu Azizah mau bikin usaha, lalu kita back-up. Kita bikin keripik singkong unggulan yang dicampur dengan jenis lain. Ini ada bintik-bintik hijau pada keripik, itu mengandung daun jeruk purut. Keripik singkong dengan aroma khas jeruk purut. Itulah keunggulannya, beda dengan jenis keripik singkong yang lain. Jeruk purut dicampur saat pembuatan bumbu,” katanya.

Dijelaskan Khairuddin, dia meminta Azizah agar membuat sebuah holding. Fokus memperoduksi singkong dengan nyaman dan bagus, dirinya mempersiapkan pedagang. Baik pedagang offline maupun online.

Home Industri Keripik Singkong Kita di Murung Kenanga Martapura.
Home Industri Keripik Singkong Kita di Murung Kenanga Martapura.

“Kemudian kita buatkan penetapan harga untuk pedagang eceran. Antara lain, harga membeli 10 beda dengan 50 bungkus. Begitu pula yang beli 100 bungkus, maupun 1.000 bungkus. Misal, beli 10 bungkus 7.000 per bungkus, beli 50 semisal 6.800 per bungkus, beli 100 bungkus 6.600, bila 1.000 semisal 6.000. Sehingga pedagang enak jual, karena harganya sama. Antara produsen dan harga eceran sama,” ucapnya.

Kini, home industri ini berkembang pesat, tidak hanya menjual keripik singkong, tapi ada juga keripik pisang,keripik kacang, keong, makaroni dan lain-lain.

“Kini, pelanggan tetap sudah banyak. Online Shop, pasar Batulicin, Samarinda dan Palangkaraya. Bahkan grup yang bawa jualan juga banyak, beda-beda. Usaha ini berjalan sejak 20 Januari 2017,” bebernya.

Sejak tahun 2017 berjalan, dua tahun pendampingan dalam pengurusan di Dinas Kesehatan, Disperindag, masuk majelis MUI untuk sertifikasi halal. “Kini kita sudah landing,” ucapnya.

Menyinggung soal ketersediaan bahan baku, menurut Khairuddin, pihaknya tidak sembarangan memilih bahan mentah, melainkan harus dipilih. Singkong harus ditanam pada tanah yang memiliki pH rendah, tidak boleh lebih dari pH 5. Karena singkong yang ditanam di tanah yang pH di bawah 5 itu renyah.

Sementara itu, Azizah menjelaskan rata-rata omset bahan mentah singkong sebanyak 400 kg per hari. Kalau dalam rupiah sebesar Rp200 juta per bulan dibagi 25 hari. Selain itu, dia sudah mempunyai 18 karyawan.

“Awal memproduksi hanya 5 kilogram, sekarang sudah mencapai 400 kilogram per hari. Kita bukan jual kripik, tapi jual rasa. Untuk pendapatan perbulan, yang biasa rata-rata Rp20 juta per bulan, di luar biaya produksi dan gaji karyawan,” katanya.

Khairuddin menimpali lagi, tahun 3 dan 4 zakat pengelola sudah mulai banyak. “Ini aksi pengurangan pengangguran. “Aku pingin urang Murung Kenanga banyak yang zakat, bukan cuma mendapatkan zakat,” tutup Khairuddin. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *