Kisah Santriwati Ponpes Darussalam Martapura, Ada yang Berusia 60 Tahun, Adapula yang Bolak-balik Marabahan-Martapura Tiap Hari

Kawasan tempat tinggal santriwati di Kota Martapura, Kalsel. (foto: koranbanjar.net)
Kawasan tempat tinggal santriwati di Kota Martapura, Kalsel. (foto: koranbanjar.net)

Pondok Pesantren Darussalam Martapura merupakan pondok pesantren tertua di Kalimantan Selatan. Ponpes Darussalam berdiri pada 14 Juli 1914. Sejak berdiri hingga sekarang tidak sedikit Ponpes Darussalam mencetak ulama-ulma besar. Tak heran, banyak santri dan santriwati dari seluruh pelosok nusantara yang menuntut ilmu di pesantren ini.   

MARTAPURA, Racheil Syifa Melia

Pondok Pesantren Darussalam Martapura lebih fokus mengajarkan pendidikan agama dan hapalan-hapalan Alquran. Sejak pandemi Covid-19 mewabah, Pondok Pesantren Darussalam Martapura sempat diliburkan beberapa lama. Namun sekarang sudah melakukan pertemuan tatap muka selama satu tahun dengan prosedur selang-seling hari bagi santri dan santriwati pada setiap hari.

Santri dan santriwati Ponpes Darussalam tidak hanya dari Kalimantan Selatan, tetapi ada pula yang berala dari Kalimantan Timur, seperti Najwa (16) dan Latifah (20).

Najwa berasal dari Sangata, Kalimantan Timur sedangkan Latifah berasal dari Alalak, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dua santriwati ini menjadi sahabat setelah mondok di Pesantren Darussalam.

Mereka rela berpisah dengan orang tua demi menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Seperti Najwa, berpisah dengan orang tua yang berada di kota Sangata, membuat remaja ayu ini harus menahan rindu selama setahun untuk bertemu keluarga di waktu liburan sekolah.

Sedangkan Latifah untuk pergi ke sekolah rela menempuh perjalanan Alalak-Martapura pulang pergi menggunakan sepeda motor setiap hari. Dengan bermodalkan nekat, dia menempuh perjalanan jauh dengan cuaca yang tidak menentu.

“Pulang pergi setiap hari sudah biasa, capek iya. Tetapi tetap harus semangat, kadang kalau capek banget saya nginep dulu di rumah kakak saya di Tungkaran, ” ucap Latifah, Kamis (30/12/2021) kepada koranbanjar.net.

“Kalau saya karena tidak ada keluarga di sini, jadi saya ngekos sendiri di dekat Rumah Sakit Ratu Zalecha, ” ucap Najwa.

Awalnya Najwa ada ketakutan saat pertama kali tinggal sendiri, tetapi setelah 3 tahun tinggal sendiri, sekarang dia sudah lebih berani. Untuk urusan makan, biasanya Najwa memasak terlebih dulu atau membeli di kantin sekolah.

Ponpes Darussalam Martapura. (foto: koranbanjar.net)
Ponpes Darussalam Martapura. (foto: koranbanjar.net)

Najwa bersekolah di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, karena dari kecil sudah menempuh sekolah agama, serta ingin mengikuti jejak ayah dan ibunya yang juga merupakan lulusan Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Sedangkan Latifah, dia berkeinginan sendiri untuk belajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Meskipun awalnya dia menempuh pendidikan TK, SD hingga SMP. Dia tidak mempersoalkana harus mengulang jenjang pendidikan SMP di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Najwa dan Latifah saat ini duduk di kelas 2 Diniyah Wustho, menjadi teman sekelas membuat mereka sangat akrab. Bertemu dari Senin-Sabtu dengan hari Jumat libur, sekolah dari jam 14.00 wita hingga 17.00 wita.

Najwa dan Latifah memberitahu bahwa di Pondok Pesantren Darussalam menerima siapa saja yang ingin belajar di sana, tidak dibatasi umur. Di setiap kelas banyak sekali santriwati yang memiliki perbedaan umur, bahkan ada santriwati yang berumur 60 tahun. Semangatnya untuk belajar agama tidak dibatasi umur.

Najwa dan Latifah selalu berdoa agar niat mereka untuk menuntut ilmu dan bersekolah diberi kelancaran dan memberikan hasil yang luar biasa untuk mereka ke depan. Meskipun jauh dari orang tua, semangat dan pantang menyerah tidak pernah padam dari diri Najwa dan Latifah.(magang01/sir)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *