Kisah Nenek Aminah, Pemulung yang Berjalan Puluhan Kilometer Setiap Hari  

Nenek Aminah saat berjalan mencari barang bekas di Banjarmasin, Minggu (2/10/2022). (foto: Koranbanjar.net)
Nenek Aminah saat berjalan mencari barang bekas di Banjarmasin, Minggu (2/10/2022). (foto: Koranbanjar.net)

Kisah tentang seorang wanita tua renta (nenek), dengan kondisi tubuh sudah membungkuk harus rela menjadi pemulung agar bisa bertahan hidup.

LEONSYAH, Banjarmasin

Berawal saat wanita berusia senja ini duduk antre, membeli lontong waktu pagi hari sekitar pukul 09.00 Wita di sebuah warung kecil jalan Tembus Mantuil Basirih Selatan Kota Banjarmasin, Sabtu (1/9/2022)

Jurnalis media ini mencoba mendekati dan berbincang-bincang dengan nenek bernama Aminah. Di sampingnya terlihat karung berisi barang-barang bekas.

Jurnalis mulai bertanya – tanya kepada Aminah tentang sejak kapan dia menjadi seorang pemulung, dan mengapa harus jadi pemulung, sedangkan usia sudah uzur, tenaga semakin melemah.

Lalu perempuan berusia 80 tahun ini menceritakan, semenjak suami dan orang tua sudah tiada (meninggal dunia), dirinya tidak memiliki lagi penopang hidup.

Oleh karena itu, demi bisa membeli beras dan rokok, Aminah harus rela menjadi seorang pemulung pengumpul barang bekas.

Pilunya, untuk memungut barang-barang bekas itu, dia harus berjalan kaki dengan kondisi bungkuknya menempuh jarak puluhan kilometer dari tempat tinggalnya di Desa Handil Bujur Kabupaten Banjar.

Sekadar diketahui, Aminah sudah terbiasa merokok sejak usia masih muda.

“Sejak suami meninggal dunia itu lah menjadi pemulung, sebab kalau tidak bekerja, siapa yang memberi makan, orang tua pun keduanya juga sudah tiada,” tutur Aminah dengan raut wajah keriput.

Lanjutnya, Aminah tak ingin menjadi beban anak semata wayangnya (anak tunggal) juga sudah berkeluarga.

Nenek Aminah
Nenek Aminah

“Mata pencarian mereka tidak jauh berbeda dengan saya, justru itu saya tak ingin ikut makan dengan mereka,” ucapnya.

Lebih miris lagi, ternyata barang bekas yang dipungut tidak langsung dijual tetapi harus dikumpulkan sampai satu bulan.

“Satu bulan terkumpul kalau dijual bisa dapat dua sampai tiga ratus ribu, alhamdulillah bisa beli beras 20 liter, dan keperluan lainya seperti rokok, minyak goreng,” tuturnya.

Lantas bagaimana dengan kebutuhan sehari-hari? Aminah mengungkapkan hasil dari belas kasihan orang lewat atau warga yang perduli dengan keadaan dirinya.

Perempuan bercucu 3 ini terus bercerita mengenai kepiluan kehidupannya.

Akan tetapi sungguh mengherankan, dirinya mengaku semenjak menjadi pemulung tak pernah sakit.

Hanya saja penyakit ringan seperti sakit kepala, flu atau faktor keletihan.

Dirinya mengatakan ketika berjalan puluhan kilometer dengan karung berisi barang bekas tak pernah terjadi apa-apa padanya.

“Paling-paling sakit kepala, tetapi beli obat di toko obat alhamdulillah sembuh, itu pun cuman dikasih tidak mau dibayar,” ucapnya.

“Saya hanya pasrah kepada Allah dan memohon agar disehatkan selalu serta dijaga saat di jalan menjadi seorang pemulung,” sambungnya berdoa.

Inilah perjuangan Aminah, wanita tua renta dan sudah bungkuk dalam menjalani hidup sebagai seorang pemulung hanya demi beras dan rokok.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *