KH.M.Nashrun Thahir merupakan salah satu permata yang dimiliki Kalimantan Selatan dan Kota Martapura khususnya. Dia seorang ulama ahli tajwid, qiro’at dan tafsir, bahkan dia seorang penghafal Alquran yang mampu menghapal secara terbalik atau membaca dari surah terakhir yakni, Surah Annas hingga ke Surah Al Baqarah.
MARTAPURA, koranbanjar.net – Ulama banjar asal Kota Martapura, KH.M. Nashrun Thahir adalah anak kedua dari pasangan H.M.Thahir Abdurrahim dengan Hj.Kumala Thahir (Datu Kaya). Dia lahir di Desa Pesayangan, Kecamatan Martapura pada 7 Ramadan 1334 H atau 15 Juli 1916 M.
Menuntut Ilmu
Semasa kecil, KH. Nashrun Thahir dididik dengan dasar ilmu pengetahuan agama yang kuat di lingkungan keluarga. Ketika berusia 12 tahun dia belajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura yang kemudian setelah lulus melanjutkan studi, kuliah ke Masjidil Haram Makkahm Saudi Arabia bersama sejumlah kerabatnya. Antara lain, KH.M KH Hasyim Mochtar El Husaini, KH. Nawawi Marfu dan KH. Semman Mulia.
Di antara guru-guru KH. Nashrun Thahir yakni, Syekh KH.Kasyful Anwar, Syekh Sayyid Amin Qutby, Syekh Ali Abdullah Banjar, Syekh Hasan Masyad, Syekh Umar Hamdan, Syekh Sayyid Alwi Makki, Syekh Abdul Qodir Almandzili serta Syekh Abdul Qodir Ilyas. Dia seorang hafidz Alqur’an dan tercatat sebagai ulama ahli dalam bidang Ilmu Tajwid dan Qiro’at.
Sepulang dari kota Makkah, KH. Nashrun Thahir menikah dengan seorang perempuan Hj. Zuwairiyah Djamal Arsyad pada Ahad, 4 Dzumadil Akhir 1369 H / 1950 M dan dikaruniai 8 anak yaitu, Hj. Masrufah, H. Nasrullah, Hj. Masunah, Fathullah, H. Saifullah, Lc, Dra. Hj. Maslahah, Syahrullah dan Hj. Masykiyah, S.Ag.
Di antara karya-karya karangan KH. Nashrun Thahir adalah, Fathul Gobsy fi Ta’liqi Nazmi Qiroati Warsy, Ta’liq Manjumati Tafsir , Tahlilul Asir fi Qiroati Ibni Katsir, Ta’liq Syathibi fi Riwayati Warsy, Naylu Ghoyatil Murid fi Riwayati Abi Said (6), Ikhtilafu Qolun ‘ala Riwayati Warsy.
Tak Pernah Lepas Wudhu
Nashrun Thahir merupakan salah seorang dari tiga serangkai pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah Martapura yang beralamat di Jl. Pangeran Hidayatullah Martapura. Dua sahabat pendirinya adalah KH.M. Hasyim Mochtar El Husaini dan KH. Nawawi Marfu’.
Setelah Pimpinan Umum pertama Ponpes Hidayatullah, KH. Hasyim Mochtar El Husaini wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh KH.Nashrun Thahir.
BACA JUGA ; Kisah Hikmah (15); Ketika Guru Sekumpul Sekolah di Darussalam, Hanya Punya Satu Sarung yang Dipakai
Tak hanya sebagai Pimpinan Umum, KH. Nashrun Thahir juga mengajar di Ponpes Hidayatullah untuk mata pelajaran tertentu, seperti Ilmu Qiroat.
Nashrun Thahir sangat menjaga kesucian berwudhu, karena setiap waktunya dalam keadaan apapun selalu dihabiskan dengan membaca ayat-ayat suci Alquran, meski di sela mengajar maupun lainnya. Karena itu, tak heran bila ditemui, mulutnya selalu komat-kamit karena sedang membaca ayat suci Alquran. Setiap kali bersalaman dengan santriwati saat berada di Ponpes Hidayatullah, dia selalu menggunakan sapu tangan, agar wudhunya tidak batal.
BACA JUGA; Kisah Ulama Banjar, Tuan Guru Semman Mulia Dengan Pencuri Ayam
KH. M. Nashrun Thahir Wafat
Dalam usia kurang lebih 74 tahun, KH. Nashrun Thahir wafat pada Selasa 25 Syaban 1408 H / 12 April 1988, dan dimakamkan di Komplek Pekuburan Muslimin Karangan Putih, Keraton, Martapura.(sir)
Sumber : Buku Sejarah dan Biografi Singkat Pesantren Hidayatullah Martapura Tahun 2016