Tak Berkategori  

Kisah Hikmah (10); Wanita Sufi yang Salat 600 Rakaat Tiap Hari

Kisah hikmah pada bagian ke-10 ini menceritakan seorang wanita sufi yang melazimkan atau membiasakan salat sebanyak 600 rakaat setiap hari. Itu dia lakukan semata-mata karena cintanya kepada Sang Khalik.

Adalah Mu’adzah al-Adawiyah, seorang perempuan sufi yang sangat tinggi tingkat syauq pada Tuhannya. Secara nasab, ia merupakan putri dari Abdullah al-Adawi yang memiliki banyak pengagum di Basrah.

Konon, Mu’adzah al-Adawiyah tidak pernah mendongakkan kepalanya ke atas langit dan tidak pernah makan sesuatu pun pada malam hari, serta tidak pernah tidur pada malam hari. Dengan kata lain, ia selalu berpuasa di siang hari, dan ketika malam hari selalu bermunajat kepada sang ilahi.

Demikian keterangan Margaret Smith dalam buku berjudul “Rabiah the Mystic and Her Fellow-Saint in Islam” yang diterjemah Jamilah Barja menjadi “Rab’iah Pergulatan Spiritual Perempuan”. Buku ini merupakan karya disertasinya di Universitas London, yang subyek utamanya membahas tentang spiritual perempuan sufi khususnya Rabi’ah al-Adawiyah.

Namun selain Rabiah, disebutkan pula beberapa perempuan sufi yang terkenal dengan konsep mahabbah  yakni Sya’wanah dan Muadzah al-Adawiyah itu tadi.

Muadzah hidup sendiri, kendati sebelumnya beliau telah memiliki anak laki-laki dan suami yang meninggal dalam sebuah peperangan. Setelah suami dan anaknya meninggal, Muadzah hidup sendiri dengan perasaan malu pada dirinya sendiri, hingga tidak pernah merebahkan kepalanya.

Banyak sekali orang, khususnya kaum perempuan, yang mengunjungi untuk menghibur. Kepada mereka yang datang, Muadzah mengatakan, “selamat datang, jika kalian datang untuk menghiburku, dan apabila datang untuk tujuan lain, maka pergilah.”

Artinya, jika ingin menghibur kesedihannya maka dipersilakan. Sebaliknya, jika untuk hal lain, semisal, melamarnya ataupun untuk urusan yang lain, ia segera menyuruh pergi orang tersebut.

Lalu, kegetiran hidup itu membuat Muadzah mengerti tentang gambaran kecintaan pada Dzat yang satu, yakni Allah Swt.  Bahkan, diceritakan bilamana Muadzah menjadi terbiasa melakukan salat sebanyak 600 rakaat sehari semalam, dan mengakatan “Aku heran dengan mata yang tertidur, akankah ia tahu berapa lama ia akan terpejam saat di kubur nanti?”

Kemudian salah seorang temannya mengatakan, “tidakkah engkau menyakiti dirimu dengan keadaaan seperti ini?” “Tidak ada yang sakit pada tubuhku,” balas Muadzah.

Hal itu dipertegas oleh kesaksian seorang bernama Muhammad bin Fudayl: “apabila matahari terbit, Muadzah biasa mengatakan “inilah hari di mana aku akan meninggal,” lalu ia tidak akan memejamkan matanya hingga sore hari. Dan, apabila matahari tenggelam, ia tidak tidur hingga matahari terbit di pagi hari.”

Di titik kesadaran inilah, perlu diketahui bahwa selain para sufi laki-laki yang Allah beri keistimewaan untuk dekat dengan rab-nya, ternyata kaum sufi perempuan juga memiliki keistimewaan serupa.

Bagi seorang seperti Muadzah, misalnya, waktu adalah emas, yang saking berharganya ia tak ingin ketinggalan sedetikpun untuk bercengkrama dengan  Tuhannya. wallahu a’lamu bish-shawab.(islami.co)