Kisah Gua Liang Hadangan yang Beredar di Masyarakat Barabai, Raden Panganten Dikutuk Menjadi Batu

Objek Wisata, Gua Liang Hadangan di Kabupaten HST, Kalsel. (foto: ramli)
Objek Wisata, Gua Liang Hadangan di Kabupaten HST, Kalsel. (foto: ramli)

Gua Liang Hadangan adalah sebuah objek wisata berbentuk sebuah gua yang meninggalkan berbagai cerita sejarah. Mulai kisah tentang Raden Penganten yang dikutuk menjadi batu lantaran durhaka kepada ibu kandungnya, hingga kisah mistis.

BARABAI, koranbanjar.net – Gua Liang Hadangan terletak di Desa Murung A, Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Gua ini selain menyimpan kisah sejarah yang menarik untuk diketahui, seperti kisah mistis, juga memiliki keindahan yang luar biasa.

Jika mau ke lokasi Gua Liang Hadangan dari pusat Kota Barabai, Kabupaten HST berjarak sekitar 8 km menuju Desa Murung A naik mobil atau motor sekitar 15-20 menit.

Dari Desa Murung A menuju Gua Liang Hadangan berjarak 1,5 km. Dengan menggunakan mobil atau sepeda motor hanya bisa sampai di tepi atau lereng pegunungan saja. Sebab akses jalan yang rusak, karena adanya jalur pertambangan batu gunung.

Dari lereng pegunungan tersebut masih harus berjalan kaki sekitar 15 menit menuju Gua Liang Hadangan dengan jarak sekitar 600 meter.

Gua Liang Hadangan berada di deretan ke empat ke arah Barat dari Gunung Batu Benawa, yang memiliki panorama menakjubkan. Selain keindahan hutan di sekitar gua, juga gua ini memiliki keunikan tersendiri.

Gua Liang Hadangan di Kabupaten HST, Kalsel. (foto: ramli)
Gua Liang Hadangan di Kabupaten HST, Kalsel. (foto: ramli)

Gua Liang Hadangan mempunyai kisah yang beredar di tengah masyarakat yakni, tentang Raden Panganten anak durhaka yang dikutuk Diang Ingsun ibu kandungnya menjadi batu.

Kisah ini dituturkan secara lisan maupun dikemas dalam sebuah buku yang selalu melekat dalam masyarakat Tanah Banjar sampai sekarang.

Sesungguhnya, Gua Liang Hadangan ini merupakan objek wisata yang sangat strategis bagi Kabupaten HST, khususnya Kota Barabai dan Kalimantan Selatan umumnya.

Di wilayah ini juga terdapat gua bawah tanah yang terdapat aliran sungai cukup deras. Belum pernah dilakukan penelitian ke mana sebenarnya arus sungai tersebut berujung. Di musim kemarau biasanya para pemancing yang bernyali tinggi akan memancing di gua tersebut. Selain itu, banyak cerita ghaib beredar perihal gua bawah tanah itu.

Menilik dari keunikan yang terkandung dalam Gua Liang Hadangan, selain menjadi objek pariwisata yang potensial juga menjadi tempat penelitian bagi para ahli.

Menurut masyarakat setempat, di dalam Gua Liang Hadangan itu terdapat batu-batu berupa manusia, hewan ternak, alat-alat rumah tangga dan perabot kapal.

Objek Wisata, Gua Liang Hadangan di Kabupaten HST, Kalsel. (foto: ramli)
Objek Wisata, Gua Liang Hadangan di Kabupaten HST, Kalsel. (foto: ramli)

Gua Liang Hadangan ini pada zaman dahulu adalah sebuah pecahan perahu yang ditumpangi Raden Pangantin dan isterinya (Putri China) beserta awak kapalnya yang disumpah Diang Ingsun ibunya, menjadi batu.

Reporter koranbanjar.net berkesempatan mengikuti Tim Pemburu Ghaib Borneo, Rabu (29/9/2021) siang, untuk coba mengungkap misteri yang beredar tentang Gua Liang Hadangan. Kabar jika ada sesosok penampakan yang mengaku dirinya Raden Pengantin, apakah itu benar adanya atau tidak?

Di dalam gua tersebut keadaanya gelap gulita. Banyak kelelawar yang beterbangan di dalam gua. Tidak menunggu lama, tim langsung memasukkan energi ghaib yang berada di dalam Gua Liang Hadangan kepada salah seorang Tim Pemburu Ghaib Borneo.

Kemudian, diyakini sesosok jin masuk ke dalam tubuh mediator, tim langsung mulai mengajak berkomunikasi.

“Apakah benar di gua sini sering ada penampakan Raden Pengantin?,” tanya tim kepada mediator.

“Tidak, itu tidak benar kalau ada penampakan Raden Pengantin, itu hanyalah perbuatan kami yang menyerupai Raden Pengantin,” ucap jin yang di dalam tubuh mediator sambil tertawa.

Konon, kabarnya Raden Pengantin tersebut adalah seorang anak yang merantau ke negeri seberang untuk bekerja. Sukses di negeri seberang, Raden Pengantin pulang kampung bersama istrinya. Namun, sesampainya di kampung, Raden Pengantin tersebut malah tidak mengakui Diang Ingsun adalah ibunya, lantas murkalah sang ibu, hingga terucap doa kutukan.

Kapal yang ditumpangi Raden Pengantin bersama istrinya tersebut langsung terpecah belah, sehingga Raden Pengantin menjadi batu.(mj-41/sir)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *