Dikelola oleh Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu serta Pemerintah Desa Dukuh Rejo juga dukungan masyarakat, Gua Liang Bangkai kini dipercantik dengan taman dan jalan yang diaspal untuk memudahkan akses pengunjung menujur tempat wisata peninggalan zaman purba ini.
TANAH BUMBU, SITI MUHASANAH
Selain milik warga Desa Dukuh Rejo, Kecamatan Mantewe, Gua Liang Bangkai juga merupakan milik pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu sekaligus milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, pengelolaannya dilatarbelakangi oleh kerja sama antara Pemerintah Desa Dukuh Rejo serta Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu.
Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemasaran dan Ekonomi Kreatif Disporapar Tanah Bumbu, Faizin kepada koranbanjar.net beberapa waktu lalu.
“Gua Liang Bangkai ini memang yang mengelola adalah kami (Disporapar) tapi ini juga menjadi milik pemerintah provinsi,” ujarnya.
Untuk orang yang membantu pengawasan dan pengelolaan di sini, lanjutnya, orang sana (Pemprov) langsung yang menunjuknya.
Faizin juga menjelaskan, program pariwisata yang diunggulkan di Tanah Bumbu ini ada 4 tempat yaitu Gua Liang Bangkai, Pantai Rindu Alam, Pantai Angsana dan Batu Buaya.
“Empat itu dulu nanti akan menyusul yang lain. Kalau pantai di pagatan itu kan memang sudah jadi milik umum, tapi kalau penganggaran dari kami (Disporapar) memang yang empat ini dulu. Tentu gua liang bangkai ini menjadi salah satu unggulan,” ujarnya lagi.
“Sebenarnya sudah ada planning ke depannya tapi mungkin nanti bisa disesuaikan dengan kondisi. Jadi, semoga ke depannya sesuai dengan angan-angan kita supaya tempat ini menjadi salah satu tempat favorit nantinya,” harapnya.
Faizin menjelaskan bahwa pengelolaan penghasilan dari destinasi wisata ini, ada peraturan daerah yang mengaturnya.
“Kita ada kenaikan tarif, awalnya Rp3000 untuk sekali masuk tapi sekarang naik menjadi Rp5000 dengan berbagai pertimbangan. Nah, jadi di sini ada berbagai jenis pembagian uang retribusi. Pertama uangnya itu masuk langsung ke Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu bukan ke Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata, kemudian yang kedua itu masuk ke desa. Tentu itu ada perdanya sendiri jadi tidak sembarangan menarik restribusi,” jelasnya.
Dan itu ada klasifikasinya, lanjut Faizin, yaitu hari biasa atau hari kerja, hari libur yaitu sabtu dan minggu juga hari libur khusus seperti hari libur nasional dan hari besar keagamaan.
“Selain itu juga ada panitia khusus, seperti di tempat lain kalau pertunjukan musik atau pagelaran seni tertentu mereka bisa menarik restribusi hingga Rp20.000 oleh karena itu kita perbaharui peraturannya dan kemarin kita buat hanya sampai Rp15.000 saja,” jelasnya lagi.
Biaya itu dijelaskan Faizin sudah termasuk biaya asuransi, semua rinciannya ada dalam peraturan bupati atau perbup.
“Sedangkan untuk parkir dikelola sendiri oleh masyarakat, karena parkir di tempat seperti ini kan ada tanah milik masyarakat jadi kita nggak bisa mengelolanya sendiri. Oleh karena itu, kami serahkan ke masyarakat,” ucap Faizin.
“Tapi kita dari pemerintah tetap mengatur untuk tarifnya agar disesuaikan, jangan sampai mematok tarif untuk aji mumpung. Mumpung ramai gitu kan, jadi tarif parkir dimahalin,” ucapnya lagi.
Gua liang bangkai sendiri telah dikelola oleh Disporapar sejak tahun 2006 silam. “Kalau kami dari dinas sesuai dengan perencanaan dan itu tentu bertahap. Tempat wisata ini adalah salah satu unggulan yang akan kami kembangkan. Setiap tahun juga kita anggarkan, tentu tidak bisa sekaligus ya, harus bertahap,” tegasnya.
Prinsipnya, lanjut Faizin, adalah kami menganggap bahwa pariwisata ini akan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah dan masyarakat yang abadi, yang tidak akan habis dan makin lama makin meningkat.
“Kita dari dinas juga selalu memotivasi supaya yang memanfaatkan atau yang memperoleh manfaat pertama kali itu adalah masyarakat sekitar. Sehingga kita upayakan supaya sejahtera dulu orang sini (masyarakat sekitar) karena mereka yang punya wilayah, itu yang kita inginkan. Pemerintah kan hanya membantu dan memfasilitasi sesuai dengan tupoksinya (tugas pokok dan fungsi),” jelasnya.
Untuk hal-hal yang menyangkut tour guide Faizin mengatakan ada program di tahun 2018. “Tapi karena kita di sini sudah punya narasumber yang sudah paten itu aja yang bisa kita tanya tentang wisata ini jadi kita belum punya tour guide khusus,” jelasnya lagi.
“Kami juga punya pokdarwis khusus tapi belum bisa sampai untuk menjadi pemandu wisata, mereka hanya menjaga dan mengelola tempat ini juga kegiatan-kegiatan yang ada di sini,” katanya.
Sejak dikelola oleh Disporapar tahun 2006 silam, baru sekitar 5 tahun tempat terdengar familiar dan sangat ramai dikunjungi wisatawan.
“Kadang-kadang ada momentum yang memviralkan, jadi harapan kita seperti itu. Promosi yang paling baik kan dari mulut ke mulut, juga melalui media sosial tentunya. Jadi, kami di sini sangat berterima kasih kepada pengunjung karena setelah mereka menjepret (memfoto) mereka langsung mengupload,” ucapnya.
“Tentu kita juga berterima kasih kepada media yang membantu menyebarluaskan sehingga sampai ke luar daerah juga banyak yang tahu tentang tempat ini,” pungkasnya.(*)