Religi  

Ketua DPP Laskar Banua Borneo Sebut Saluran Bansos ke 28 Yayasan Tambu Sarat Politik

Ketua Dewan Pimpinan Pusat(DPP) Laskar Banua Borneo, Risdianto Haleng mengendus saluran yang digelontorkan Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial(Kemensos) RI ke 28 yayasan di Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), diduga sarat muatan politik, terlebih ada yang berbentuk cek giro.

BANJARMASIN, koranbanjar.net –
Pasalnya, menurut Risdianto, Menteri Sosial(Mensos) RI, Juliari Peter Batubara selain membagikan sejumlah paket sembako, diduga juga sempat mengampanyekan salah satu paslon bupati dan wakil bupati yang bertarung di Pilkada Tanbu.

“Banyak kejanggalannya, sebab Bupati Tanbu, Sudian Noor, saat itu hanya menerima surat pemberitahuan, namun tidak diminta untuk mendampinginya,” ujar Risdianto, Selasa (8/12/2020) lalu.

Apalagi, sehari sesudah bantuan digelontorkan, Mensos Juliari ditetapkan menjadi tersangka dugaan korupsi dana bansos oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada Minggu (6/12/2020).

Bahkan dalam penyaluran bantuan itu, lanjut Risdianto, hanya terlihat seorang Wakil Ketua DPRD Kalsel yang mendampingi ke yayasan tersebut, makin menambah kejanggalan penyaluran bansos ini.

“Padahal Wakil Ketua DPRD Kalsel itu, notabene petinggi partai pengusung salah satu paslon yang tengah bertarung di Pilkada Tanbu,” cetusnya.

Terpisah, Kepala Kesbangpol Tanbu, Darmiadi, mengaku bantuan sosial yang disalurkan Mensos ke 28 Yayasan Pondok Pesantren di wilayahnya itu, hingga saat ini tidak ada laporan ataupun pemberitahuan sama sekali.

Seharusnya, menurutnya, bantuan sosial yang disalurkan pemerintah pusat melalui Kemensos dari dana APBN, harus ada keterbukaan secara luas. “Karena itu, Pemkab Tanbu melalui Kesbangpol menyoal hal ini,” tegas Darmiadi.

Seperti diketahui, gelontoran bansos sebanyak 13.619 paket dengan nilai anggaran sebesar Rp2,7 miliar, termasuk bantuan untuk puluhan yayasan di Bumi Bersujud di Hotel Ebony Batulicin, pada Jumat (4/12) lalu.

Bantuan tersebut diserahkan langsung Mensos Julari Peter Batubara, sehari sebelum yang bersangkutan ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi oleh KPK.

Terkait itu semua, belakangan tersiar kabar sejumlah yayasan penerima bantuan sosial di Kabupaten Tanbu, mengaku akan mengembalikan dana bantuan tersebut Kemensos RI, sebagai buntut terciduknya Mensos Juliari Peter Batubara oleh KPK.

Sejauh ini ada dua yayasan yang berniat mengembalikan bantuan, yakni Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Hadid dan Yayasan Tahfids al-Busro.

Juliari diketahui membagikan 13.619 paket bantuan kepada total 28 yayasan dengan nilai anggaran sebesar Rp2,7 miliar.

“Kasus ini menimbulkan kehati-hatian, kemungkinan saya akan mengembalikan dana itu ke Kemensos,” ujar Habib Hadid Alaydrus, pemilik yayasan Ponpes Darul Hadid, kepada wartawan, Selasa (8/12) lalu.

Menurutnya, menerima bantuan untuk saat ini dirasa tidak tepat, terlebih menjelang Pilkada 2020 di Tanbu.

“Ini kan blunder sekali, terlebih lagi tema kita Pilkada besok,” ucapnya, saat itu.

Hal senada juga disuarakan oleh pemilik yayasan Yayasan Tahfids al-Busro, Guru Ahmad Busyairi.

“Saat ini masih kami telaah. Bentuknya masih berupa cek giro dan belum kami cairkan,” ungkapnya. (lingga/yon)