BANJAR, KORANBANJAR.NET – KEREEN..! Peserta “Kahung Journey” Menemukan Flora dan Fauna yang Langka Ini. Sesuai dengan rencana, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan melakukan aksi ekspedisi ke Kahung Desa Belangian, Riam Kanan Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar.
Kegiatan ini tentu saja menjadi sangat menarik, terutama saat peserta harus melalui jalan menyelusuri pegunungan dan hutan menuju Kahung Waterfall. Sepanjang jalan mereka disuguhi pemandangan alam yang sangat eksotik dan “perawan”. Tak pernah terbesit dalam benak para peserta untuk menyelusuri satu-persatu objek yang merupakan bagian dari 112 ribu hektare wilayah Tahura Sultan Adam.
Kepala Dinas Kehutanan DR. Hanif Faisol Nurofiq, S.Hut, MP menyatakan, Road Trip kali ini sangat berbeda dari perjalanan sebelumnya. Karena selama melakukan perjalanan ke Kahung harus melalui hutan belantara dan harus merintis semak belukar. Kali ini lebih 700 orang yang berbarengan menuju ke Lembah Kahung dalam rangka Fun Hiking.
Ketika melakukan perjalanan, peserta menemukan banyak sekali flora dan fauna yang bisa dikatakan unik dan hampir punah, terdapat jenis jamur liar yang tumbuh pada permukaan hutan atau batang pohon yang mati karena tumbang.
Selain itu juga ada anggrek hutan khas Kalimantan yang tumbuh pada pohon-pohon tinggi membentang. Adapula tumbuhan sarang semut yang tumbuh menempel pada pohon, tumbuhan sarang semut dari jenis Myrmecodia Tuberosa batangnya yang membesar menyerupai umbi, ternyata menjadi salah satu obat herbal yang ampuh. ‘Umbi’ tumbuhan sarang semut sangat berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit secara alami dan aman.
Rencana tahun 2018, Lembah Kahung akan menjadi Geopark Provinsi dan Dishut Kalsel sudah menambah beberapa fasilitas seperti penambahan shelter untuk menuju shelter tiga/ shelter cemara. Jalur untuk para pendaki juga telah dimantapkan agar pendaki awam pun juga tetap bisa melakukan pendakian dan merasakan sensasinya Lembah Kahung.
“Kita juga dapat menemukan berbagai jenis pohon Binuang dan pohon Belangiran. Selain itu terdapat pohon Meranti raksasa yang diameternya hampir sama dengan tiga pelukan orang dewasa,” ungkap Hanif.
Sekedar diketahui, Shorea terdapat sekitar 194 spesies, terutama berupa pohon penghuni hutan tropika dari suku Dipterocarpaceae.
Di samping itu, pohon ini menghasilkan resin yang disebut damar dari berbagai kualitas, salah satu yang terbaik adalah damar mata kucing. Damar terutama digunakan dalam industri pernis dan cat, serta untuk pengolahan kimiawi lainnya.
Beberapa spesies Shorea menghasilkan tengkawang, yakni buah meranti-merantian yang besar dan berlemak. Setelah disalai agar awet, biji tengkawang dikempa untuk mengeluarkan minyaknya yang berharga tinggi. Minyak tengkawang digunakan dalam industri kosmetika dan makanan.
Biji Shorea mengandung lemak yang lumayan (40-60 %) dan protein yang banyak (5-6 %). Dalam industri makanan, ia dipergunakan untuk menggantikan mentega coklat (cocoa butter). Selain itu pula, Shorea/tengkawang ini juga bahan untuk membuat sabun, dan obat-obatan. Diimpor ke Inggris, Belanda, dan Jepang dengan nama illipe nut.
“Harapan kita, semoga para pengunjung tetap menjaga kelestarian hutan dengan menjaga hutan dan tidak menulis atau merusak pohon yang ada,” pungkas Hanif.
Saat ditanyakan terkait dengan even “Kahung Kourney”, beberapa peserta menyatakan sangat takjub melihat alam Kahung yang sangat “natural” dan meminta agar even ini bisa dilaksanakan lagi tahun depan.(humas dishut kalsel/sir)