Tak Berkategori  

Kendala Di Lapangan Saat Haul, Dari Tertawa Hingga Membuat Pusing Petugas

BANJARBARU, koranbanjar.net – Berbagai kendala yang dihadapi BPBD Kalsel, saat pelaksanaan Haul Ke 15 Guru Sekumpul. Pasangan suami istri (pasutri) terpisah. H. Sabran, sapaan akrabnya, merupakan jamaah asal Nagara Hulu Sungai Selatan (HSU) yang bikin bingung petugas usai kehilangan jejak beberapa saat dengan sang istri.

“Jadi, istri H. Sabran bersama rombongan parkir mobil berada di seberang posko kami (BPBD Kalsel) di Sungai Paring. Kami suruh istrinya menelpon, dan kami bicara dengan suaminya. Katanya, menunggu di pintu gerbang dekat Pasar Martapura. Setelah dicari, tak ketemu kemudian ditelpon kembali sudah berjalan bergerak ke depan taman,” cerita Kepala Pelaksana BPBD Kalsel Wahyuddin kepada koranbanjar.net, Senin (2/3/2020), sembari lontarkan tawa.

Ujud, sapaan akrabnya, menelpon H. Sabran hingga 10 kali tak diangkat karena sudah emosi tak ketemu istri beserta rombongan dan petugas. Begitu pula, ketika sang istri menelpon tak diangkat sama sekali.

“Istrinya memberi ciri-ciri suaminya memakai kopiah (peci, red.) putih, baju koko putih dan sarung hijau. Kami, membawa istrinya untuk mencari keliling sang suami, ternyata setelah ketemu di lapangan sarungnya berwarna biru. Dan baru sadar, kalau orang Hulu Sungai tidak mengenai warna biru. Jadi warna biru dibilang hijau,” ungkapnya.

Akhirnya, pasutri tersebut disuruh petugas untuk jangan lagi bergerak ke mana-mana. Kemudian, rombongan bersama supir digiring petugas lainnya untuk menemui pasutri itu.

“Memang masalah yang terjadi di lapangan, tahun ini lebih sulit. Karena, jamaah juga semakin banyak. Kami membuat tempat bertulisan informasi darurat, jadi kunci, dompet yang tercecer, puluhan orang kehilangan rombongan tak punya handphone, tak minta kartu parkir serta jamaah hingga kartunya dihilangkan, ratusan orang tidak ingat lokasi parkir,” bebernya.

Selain itu, pada pelaksanaan haul ambulance BPBD Kalsel menangani sekitar puluhan orang paruh baya sakit serta satu anak kritis. Adapun, yang menggunakan jalur evakuasi air ketika dalam kondisi darurat.

“Mulai dari sakit stroke, darah tinggi, hingga meninggal karena kelelahan. Rujukan pertama di RS Ratu Zaleha, tapi memang banyak yang dirujuk langsung ke RS Ulin karena tak sanggup lagi menangani,” terangnya.

BPBD Kalsel membantu panitia haul, antara lain menyiapkan peralatan yang diperlukan. Seperti peralatan evakuasi speed boath untuk jalur air pada tiga dermaga, tujuh tenda dapur dan panitia, delapan tandon air isi lima ribu liter, tiga mobil tangki air bersih untuk wudhu. (ykw/maf)