“Jangan Jadikan Isu Radikalisme Sebagai Alat Membungkam Demokrasi”

JAKARTA, koranbanjar.net – Anggota DPR RI dari Komisi III, Pangeran H Khairul Saleh mengkiritik jajaran kepolisian terkait dengan banyaknya korban jiwa pada aksi demonstrasi di Indonesia. Terlebih aksi demonstrasi tersebut dikaitkan dengan isu radikalisme.

Karenanya, politisi pentolan Partai Amanat Nasional tersebut mengkritik jajaran institusi kepolisian RI agar tidak menjadikan isu radikalisme tersebut sebagai alat untuk membungkam demokrasi.

Demikian diutarakan Pangeran Khairul Saleh dalam agenda rapat kerja Komisi III dengan Kapolri, petinggi Polri serta seluruh Kapolda se Indonesia di gedung Senayan Jakarta, belum lama tadi.

“Poin-poin penting yang harus saya sampaikan, jangan jadikan isu radikalisme sebagai alat untuk membungkam demorasi dan kebebasan berpendapat. Penanganan represif aparat kepolisian dalam menangani aksi demonstrasi diharapkan tidak menimbulkan korban jiwa lagi,” ungkapnya.

Karena, imbuh Khairul Saleh, berdasarkan data YLBHI tahun 2019, mulai Januari sampai Oktober, gelombang demonstrasi di Indonesia menimbulkan korban kurang lebih 6.128 orang.

“Korban tewas sebanyak 51 orang. Antara lain, 6 orang tewas tertembak peluru tajam, 33 orang meninggal di wamena, 4 orang tewas di Jayapura. Kemudian 2 orang di Kendari dan 3 orang di Jakarta, selebihnya di aksi 22 – 24 Mei di Jakarta,” bebernya.

Selain mengkritisi tindakan yang menimbulkan korban jiwa pada aksi demonstrasi, mantan Bupati Banjar ini juga meminta kepada para jajaran kopolisian agar menjaga netralitas pada Pilkada serentak nanti.

“Polri harus mengambil langkah-langkah strategis agar tidak terjadi komplik horizontal dan menciptakan Pilkada yang jujur, adil dan amanah,” tegasnya.(sir)