Tak Berkategori  

Ini yang Dilakukan Pemko Banjarbaru Untuk Mengurangi Buta Aksara

BANJARBARU,KORANBANJAR.NET – Bunda PAUD Kota Banjarbaru Hj Ririen Nadjmi Adhani menghadiri acara Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke 53 dan Pembukaan Expo Pendidikan Tahun 2018 di Atrium Q Mall Banjarbaru. Didampingi Plh Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru Dra Hj Mahrina Noor MM dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru DR Hj Rahma Khairita, Ririen melakukan pemotongan untaian melati sebagai tanda dibukanya Expo Pendidikan Tahun 2018.

Panitia Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke 53 dan Pembukaan Expo Pendidikan Tahun 2018, Lia Astuti dalam laporannya mengatakan, Peringatan Hari Aksara Internasional diperingati setiap tanggal 8 September, dan secara nasional sudah pula dilaksanakan di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. “Tema Hari Aksara Internasional tahun 2018 ini adalah Mengembangkan Keterampilan Literasi yang Berbudaya,” ujarnya.

Sedangkan Plh Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru Dra Hj Mahrina Noor MM dalam sambutan pembuka acara menyampaikan bahwa makna terdalam dari Peringatan Hari Aksara Internasional adalah, seberapa besar tekad dan ikhtiar pemerintah maupun masyarakat secara berkelanjutan menuntaskan masalah tuna aksara.

“Upaya pemberantasan buta aksara merupakan salah satu aspek penting dalam meningkatkan akses pemerataan dan mutu Sumber Daya Manusia. Pemberantasan buta aksara berdampak langsung terhadap menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, meningkatnya tingkat gizi dan usia harapan hidup masyarakat, meningkatnya penghasilan masyarakat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya,” jelasnya.

Faktanya bahwa pemberantasan buta aksara memang terbukti mampu mendukung keberhasilan program Keluarga Berencana, serta meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap program pembangunan. Dengan begitu keaksaraan sangat bermakna dan menjadi suatu prasyarat penting, bagaikan suatu kunci untuk memungkinkan setiap orang menjadi individu-individu pembelajar yang tidak ada habisnya.

“Kemampuan keaksaraan membuka kesempatan yang sangat luas bagi setiap individu untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada disekitar kita, untuk terus menerus berpartisipasi aktif dalam pembangunan,” katanya

Hal tersebut didukung berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa penduduk dewasa, dengan tingkat keaksaraan yang memadai, akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam dunia kerja, serta secara terus menerus aktif berdemokrasi dan berkegiatan. Apakah itu yang bersifat volunteer, serta memiliki derajat kesehatan pendidikan yang lebih baik dan akhirnya memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi.

Mahrina berharap kepada berbagai pihak, utamanya masyarakat untuk ikut serta mendukung upaya pemerintah untuk terus menerus memerangi buta aksara sehingga cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dapat terwujud.

“Peringatan Hari Aksara dilaksanakan untuk memotivasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memberantas buta aksara, juga diharapkan dapat semakin menyebarluaskan program pemberantasan buta aksara di masyarakat,” sebutnya.

Dengan tema mengembangkan keterampilan literasi yang berbudaya, tahun ini Hari Aksara Nasional mengeksplorasi dan menyoroti pendekatan terpadu yang secara bersamaan dapat mendukung pengembangan literasi dan keterampilan, dengan tujuan melihat jenis keterampilan keaksaraan yang dibutuhkan dalam menavigasi masyarakat dan mengeksplorasi kebijakan keaksaraan yang efektif, untuk pada akhirnya meningkatkan kehidupan pada masyarakat yang adil dan berkelanjutan.

Meskipun ada kemajuan, tantangan keaksaraan tetap ada, dan pada saat yang sama tuntutan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja, berevolusi dengan cepat. Maka dari itu momen ini merupakan kesempatan bagi pemerintah, masyarakat sipil dan pemangku kebijakan untuk menyoroti tingkat melek huruf di Indonesia.

“Harapan saya sebagaimana tema yang diangkat, kita bersama sama dapat bersungguh-sungguh dan berkomitmen untuk memberantas buta aksara sebagai fondasi gerakan pemberdayaan masyarakat, bukan sekadar penuntasan buta aksara semata tetapi juga untuk menumbuh kembangkan keaksaraan dalam arti yang lebih luas. Sehingga dapat menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkarakter, terdidik, sehat, mempunyai etos kerja tinggi, berdaya saing dan berakhlak mulia berdasarkan nilai-nilai religius sesuai dengan visi misi Kota Banjarbaru,” ungkapnya.

Sementara itu, expo pendidikan yang dilaksanakan kali ini, akan membuka akses bagi orangtua untuk memperoleh informasi yang diperlukan tentang sekolah-sekolah. Hal ini karena expo pendidikan merupakan ajang sosialisasi bagi pengelola sekolah guna memberi informasi dan gambaran yang lengkap tentang sekolah yang dikelola.

Seorang pakar psikolog dan pengamat pendidikan anak, Seto Mulyadi, kutip Mahrina, menetapkan setidaknya ada tujuh kriteria yang dapat menjadi acuan dalam memilih sekolah yang tepat untuk anak. Yaitu, visi misi sekolah tersebut, pertimbangkan para pengajar di sekolah tersebut, kondisi sekolah dan lingkungan di sekitarnya, perhitungkan jarak sekolah dari rumah. “Kenali karakter anak dan kebutuhannya untuk menentukan sekolah yang sesuai dengan anak, pengenalan akan karakter dan kebutuhan juga membantu mengenali durasi bersekolah dan komposisi durasi pengajaran di sekolah, serta pikirkan matang-matang kemampuan finansial untuk membayar segala biaya yang dibutuhkan,” katanya. (humaspemkobjb/maf)