In Memorian Abah Said Dalam Pagar, Khairul Saleh ; Saya Sering Diajak Makan dengan Piring Datuk Kelampayan

Siapa gerangan KH Said Marzuki atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Said Dalam Pagar? Dia adalah salah seorang generasi ke-enam atau dzuriat keenam dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kelampayan. Bukan cuma itu, dia juga merupakan ponakan dari Tuan Guru Zainal Ilmi Dalam Pagar, yang makamnya bersebelahan dengan Makam Datu Kelampayan.

Rabu, (29/08/2018) kemarin, kabar duka telah menyelimuti keluarga besar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kelampayan. Terlebih bagi masyarakat Kota Martapura pada khususnya. Abah Said telah wafat di usia ke 78 hijriah atau 76 masehi, setelah mengalami sakit selama kurang lebih 5 bulan. Sebelumnya ulama kharimastik ini sempat dirawat di RSUD Ratu Zalekha Martapura dan RS Pelita Insani Martapura, karena menderita penyakit asam urat dan paru-paru.

Meski diketahui, sepanjang hidupnya Abah Said tidak pernah menderita sakit yang harus membawanya diopname ke rumah sakit. Kalau pun sakit, dia hanya pernah mengalami sakit ringan yang bisa diatasi cukup dengan minum air putih atau dipijit ringan pada ujung ibu jarinya.

Hal itu dikemukakan menantu pertamanya, Tuang Guru Ahmad Daudi bin KH Irsyad Zein (Abu Daudi, Penyusun Kitab Sabilal Muhtadin), saat dijumpai koranbanjar.net di kediamannya tak jauh dari rumah duka di Desa Dalam Pagar, Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kamis (30/08/2018).

“Abah itu tak pernah sakit yang sampai dibawa ke rumah sakit. Kalaupun sakit, cuma diobati dengan minum air tawar dan memijit ujung ibu jari kakinya. Baru kali inilah Abah sakit, kemudian harus dirawat ke rumah sakit. Beliau menjalani perawatan ini kurang lebih lima bulan dan akhir hayat beliau sudah tiba,” demikian diutarakan Ahmad Daudi.

Adapun sifat yang sangat menonjol dari Abah Said, menurut Ahmad Daudi, mertuanya tersebut sangat rendah hati, pemurah dan sangat kasih sayang kepada siapa pun. Lebih-lebih kepada anak cucunya. Kalau lagi bepergian ke luar daerah, dia selalu menghitung jumlah cucu dan buyutnya, kemudian membawakan oleh-oleh untuk mereka semua tanpa pilih kasih.

Abah Said
Abah Said

Ditanya soal silsilah KH Said Marzuki, Ahmad Daudi menjelaskan, KH Said Marzuki merupakan anak dari KH Marzuki, kemudian KH Marzuki bin Abdussamad, Abdussamad bin Said Wali, Said Wali bin Qodhi H Hahmud, berikutnya H Mahmud bin Asiah dan Asiah bin KH Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kelampayan.

“Abah ini (KH Said Marzuki) dzuriat Datuk Kelampayan dari istri beliau yang ketiga bernama Guwat yang keturunan Cina. Nah, orang tua beliau KH Marzuki merupakan saudara kandung Tuan Guru Zainal Ilmi. Jadi beliau ponakan kandung Tuan Guru Zainal Ilmi,” bebernya.

Sementara itu, Sultan H. Khairul Saleh yang datang melayat ke rumah duka KH Marzuki sejak pukul 13.00 wita hingga usai pemakaman pukul 16.40 wita, saat ditemui koranbanjar.net di kediaman Tuan Guru Ahmad Daudi, juga mempunyai banyak kenangan dengan Abah Said. Mengingat hubungan Khairul Saleh dengan keluarga Abah Said terbilang sangat dekat.

“Sekitar tahun 2003, saya bersama Tuan Guru Daudi, Haji Ilyas dan Haji Hasyim serta Abah Said pernah ziarah ke tempat-tempat sejarah. Kami pernah bersama pergi ke Makam Habib Luar Batang, ke Masjid 1.000 Pintu, ke makam Sultan Hidayatullah di Cianjur. Nah di Masjid 1.000 Pintu itu, saya sempat ke sebuah tempat yang disebut tirakat di balik salah satu pintu masjid,” kenang Khairul Saleh.

Khairul Saleh juga mengakui, terakhir dia mengajak Abah Said ke kantor putranya untuk acara sykuran di Jakarta.

Selain itu, Khairul Saleh juga mengakui, Abah Said merupakan sosok yang sangat rendah hati, pemurah dan kasih sayang. Bahkan dia sering diajak makan dengan menggunakan piring yang sering digunakan Datuk Kelampayan. “Malam-malam…saya sering diundang ke rumah makan bersama Abah Said menggunakan piring Datuk Kelampayan,” ucapnya.

Sementara itu, sebelum Abah Said wafat, Khairul Saleh bersama H Ahmad Daudi juga berencana ingin membawanya untuk berobat ke Jakarta, setelah keluar dari RSUD Ratu Zalekah dan RS Pelita Insani. Namun Allah Swt lebih dulu menjemput KH Said Marzuki, sehingga niatnya tidak sempat terlaksana.(sir)