Religi  

Guru Wildan: Datu Kelampayan Adalah Tatuhanya Para Wali

MARTAPURA, KORANBANJAR.NET – KH Muhammad Wildan Salman mengungkapkan, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kelampayan meruapakan Quthbul Auliya. Ulama Martapura yang kerap disapa Guru Wildan itu meng-istilahkan; tatuha-nya para wali.

Hal itu diungkapkan Guru Wildan usai menghadiri acara puncak Haul Datu Kelampayan ke-213 di ruang induk Masjid Tuhfaturraghibin, Desa Dalam Pagar Ulu, Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Senin (10/6/2019).

“Sosok Datu (Kelampayan) pertama dia memegang yang dinamakan istilah dalam kitab; Quthubul Auliya, Quthubul Ulama. Tatuha para wali, tatuha para ulama,” tutur pimpinan Ponpes Tahfizh Al-Qur`an Darussalam Martapura itu.

Pangkat Quthubul Auliya bagi Datu Kelampayan dijelaskan Guru Wildan, yakni yang diwilayahkan atau ditugaskan untuk Kalimantan khususnya dan Indonesia secara umumnya.

“Nah itu kita melihat pada haulnya datang dari mana-mana, itu dari wilayah beliau (Datu Kelampayan) mulai waktu hidup sampai akhir hayat yang diteruskan oleh para zuriat-zuriat beliau,” tutup putra kedua almarhum KH Salman Jalil.

Dalam manakib Datu Kelampayan dihikayatkan, sejak Muhammad Arsyad Al Banjari kecil, waktu itu masih berusia 7 tahun, sudah terlihat kecerdasan yang menonjol dan akhlak yang mulia pada dirinya, sehingga sultan pada zaman itu, yakni Sultan Tahlilullah menginginkannya untuk bertempat tinggal di istana agar berteman dengan anak-anak sultan.

Singkat cerita, selama 30 tahun menimba ilmu di tanah Mekkah Al Mukarramah, Syekh Muhammad Arsyad berpulang ke Indonesia yakni ke Martapua Kalimantan Selatan setelah mendapatkan persetujuan oleh sang guru karena sudah layak pulang kampung untuk menyebarkan ilmu.

Sepulang dari Mekkah, ia membikin karya sebuah kitab fiqh bermadzhab Imam Syafi`I yang diberi nama Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh Fi Amriddin, yang kemudian menjadi rujukan umat muslim di tanah air hingga Asia Tenggara.

Datu Kalampaian lahir di Desa Lok Gabang, Astambul, Kabupaten Banjar pada 17 Maret 1710, dan wafat di Desa Dalam Pagar pada 3 Oktober 1812 bertepatan 6 Syawal 1227 Hijriah pada umur 102 tahun. Datu Kelampayan hidup pada kurun tahun 1122 – 1227 Hijriyah. Hingga kini, makam Datu Kelampayan di Desa Kelampayan Tengah itu selalu ramai dikunjungi para peziarah tiap harinya. (dra)