Tak Berkategori  

Gubernur Kalsel Terima Penghargaan Top 40 Inovasi dari Wapres

JAKARTA, KORANBANJAR.NET – Keberhasilan RSUD Ulin Banjarmasin, masuk dalam Top 40 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) RI, karena berhasil menciptakan sebuah inovasi berupa alat bantu nafas alternatif bagi bayi, atau dikenal dengan istilah Babies Respiratory Distrees Recovery Deviece (BIRD), mendapat perhatian dari Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor.

Usai menerima trofi penghargaan Top 40 Inovasi Pelayanan Publik dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, di Jakarta, Rabu (7/11), Paman Birin, sapaan akrab Gubernur Kalsel, berharap perangkat daerah di Kalsel terus menciptakan karya-karya besar untuk rakyat. Selaku kepala daerah, ia sangat menghargai inovasi yang dikaryakan oleh instansi daerah, kendati karya yang dilahirkan tergolong sederhana namun bermanfaat untuk rakyat.

“Saya sangat bangga dan mengapresiasi inovasi tersebut,” ujar Paman Birin.

Sementara sang penemu inovasi, Prof Dr dr Ari Yunanto SpA, menjelaskan, latar lahirnya inovasi BIRD ini berasal dari tiga penyebab kematian utama pada bayi, yakni gawat nafas, infeksi, dan berat lahir rendah atau premature.

“Gawat nafas merupakan salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi. Sementara alat bantu nafas yang dapat memberikan tekanan positif dengan kontinu, yaitu continuous positve airway pressure (CPAP), jumlahnya sangat terbatas di rumah sakit atau di puskesmas-puskesmas kabupaten/kota di Kalsel,” ujarnya.

Dirinya menerangkan, harga alat bantu pernafasan bayi yang ada dipasaran dijual dengan harga cukup mahal, yakni Rp 91.763.000. Faktor mahalnya alat CPAP inilah yang menyebabkan rumah sakit dan puskesmas di kabupaten/kota yang ada di Kalsel menjadi kekurangan alat ini.

“Sementara jumlah ibu hamil yang melahirkan dan harus mendapat pertolongan, tidak bisa diprediksi,” imbuh profesor.

Ari Yunanto memaparkan, teknologi pembuatan alat BIRD ini sangat sederhana, yakni dengan cara memodifikasi peralatan yang ada menjadi sebuah alat bantu pernafasan bayi. Bahkan kalau dirupiahkan, satu alat yang dibuat hanya mengeluarkan biaya Rp 280.000 saja. Sedangkan keunggulannya, mudah dalam pengunaannya. Karena alat ini hasil modifikasi dari alat medis yang sehari-harinya digunakan dokter atau perawat dalam membantu proses persalinan.

Direktur Umum (Dirut) RSUD Ulin Banjarmasin, dr Suciati, menambahkan, berdasarkan data tahun 2008 sejak alat bantu pernafasan bayi ini diciptakan, alat tersebut terbukti mampu mengurangi angka kematian bayi karena gawat nafas dari 15 persen menjadi 9 persen pada 2014. (hmsprov/dny)