Tak Berkategori  

GEGER! Diduga Tewas Tersambar Petir, Ternyata…

BANJARMASIN,KORANBANJAR.NET Pihak perusahaan rotan PT Bimasraya atau yang lebih dikenal oleh warga setempat dengan sebutan Gudang Elen atau Gudang Pekat dibuat geger atas tewasnya seorang warga Jalan Tembus Mantuil Kelurahan Basirih Selatan Kecamatan Banjarmasin Selatan yang merupakan seorang karyawati dari perusahaan tersebut, Senin (21/5).

Sebelumnya, tewasnya seorang karyawati yang diketahui bernama Rusdiana (44) warga Kelurahan Basirih Selatan ini diduga akibat tersambar petir ketika ia sedang menuju pulang ke rumahnya dari perusahaan PT Bimasraya di Jalan Tembus Mantuil Kelurahan Mantuil Permai Kecamatan Banjarmasin Selatan.

Saat ditemui koranbanjar.net di rumahnya di Kelurahan Basirih Selatan RT 21 RW 2 Kecamatan Banjarmasin Selatan, kaka ipar Rusdiana, Rosita menuturkan, sebelum meninggal, Rusdiana bersama teman-teman sepekerjaannya berniat ingin pulang ke rumah karena sudah habis jam kerja.

Pada saat Rusdiana menuju keluar dari pintu perusahaan PT Bimasraya menuju dermaga kelotok, tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebatnya bersamaan dengan suara petir yang menggelegar.

Teman-teman Rusdiana pun mengurungkan niat untuk pulang ke rumah dan memilih berteduh di tempat mereka bekerja tersebut hingga hujan reda. Akan tetapi, hal itu tidak dilakukan oleh Rusdiana.

Ia pun terus berjalan dengan menggunakan jaket sebagai pelindung kepala dengan membawa satu tas yang digantungkan dibahunya.

Tak berapa lama setelah itu, tiba-tiba muncul petir dengan suara yang sangat keras.

Mengejutkannya, hampir bersamaan dengan petir tersebut, Rusdiana pun tiba-tiba langsung jatuh tersungkur.

Melihat kejadian itu, teman-teman Rusdiana bersama salah seorang pengawas kerja PT Bimasraya, Toni, langsung berlari mendatangi Rusdiana.

Namun, setelah didatangi, naas bagi Rusdiana, ia pun ditemui teman-temannya sudah dalam keadaan tewas dengan kondisi dahi memar, tangan kanan lecet serta rambut di bagian belakang dan tangan kiri yang gosong.

“Pada waktu hujan turun dengan sangat lebat, dia tetap terus berjalan menuju dermaga kelotok. Sementara teman-temannya memilih berteduh. Pada saat itu juga, tiba-tiba petir muncul dengan suara sangat keras menyambar dan mengenai adik ipar kami hingga jatuh tersungkur,” tutur Rosita.

Namun keterangan dari Rosita tersebut berbeda dari keterangan yang diceritakan oleh salah seorang pengawas kerja PT Bimasraya, Toni, yang mengaku menyaksikan langsung peristiwa yang menewaskan Rusdiana tersebut.

Walaupun kronologis kejadiannya mirip dengan yang diceritakan oleh Rosita, namun menurut Toni kepada koranbanjar.net, pada saat ia mendatangi Rusdiana yang sedang tersungkur jatuh bersamaan dengan munculnya petir, ia tidak menemukan tanda-tanda sambaran petir di tubuh Rusdiana.

“Tiba-tiba hujan mengguyur sangat lebat dibarengi petir yang sangat keras menyambar. Di waktu bersamaan, Rusdiana langsung jatuh tersungkur. Kami berlari menuju almarhum yang pada saat itu sedang tergelatak dalam keadaan lecet-lecet dan memar, tetapi tidak ada ciri-ciri yang menandakan bahwa yang bersangkutan disambar gledek,” katanya.

Melihat kondisi Rusdiana seperti itu, dilanjutkan Toni, ia bersama teman-teman Rusdiana pun langsung membawa Rusdiana ke Rumah Sakit (RS) terdekat, yakni RS TPT Banjarmasin.

Sesampainya di RS, Rusdiana langsung diberi pertolongan di ruang UGD dan dipasangkan oksigen oleh petugas.

Namun, dinyatakan Toni, usaha petugas medis kalah cepat, nyawa Rusdiana akhirnya tetap tak bisa diselamatkan.

Pernyataan Toni terkait tewasnya Rusdiana tersebut diperkuat oleh Eman Sudirman, kerabat Rusdiana yang mendampingi Rusdiana hingga ke rumah sakit.

Eman Sudirman mengatakan, dari hasil pemeriksaan dokter di RS TPT Banjarmasin,  Rusdiana meninggal bukan karena disambar petir seperti yang telah diceritakan oleh keluarga Rusdiana, melainkan tewasnya Rusdiana disebabkan karena ia mempunyai penyakit jantung.

“Menurut keterangan dokter, almarhum meninggal disebabkan karena penyakit jantung yang ada padanya, bukan karena disambar petir,” terangnya.

Diketahui, semasa hidupnya, Rusdiana tinggal di rumahnya dengan empat orang anaknya,  sedangkan sang suami, sedang berada di salah satu lembaga pemasyarakatan akibat tersandung kasus sabu-sabu.

Kini, ke empat orang anak Rusdiana yang masih kecil-kecil tersebut hidup tanpa ibu dan kehadiran seorang ayah dan hanya tinggal di rumah bersama mertua Rusdiana. (leo/dny)