Religi  

Gedung Pemuda di Barabai: Mubazir, Jadi Tempat Mesum, Dijaga Preman

BARABAI, koranbanjar.net – Gedung Pemuda yang berada di jalan Lingkar Kapar Walangsi, Desa Banua Jingah, terkesan mubazir. Pasalnya, sejak tak lagi digunakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) pada 2016 lalu, hingga saat ini gedung tersebut tak lagi dipakai dan tak terurus.

Pantauan koranbanjar.net, kondisi gedung yang pengerjaan proyeknya selesai pada 2016 itu saat ini cukup memprihatinkan. Bagian lantai yang terbuat dari keramik di antaranya sudah mulai pecah dan banyak terdapat coretan tak jelas pada bagian dindingnya. Selain itu kerusakan bagian bangunan juga terjadi pada kaca jendela dan kaca pintu utama yang pecah.

Parahnya, kekosongan bangunan dan kondisi memprihatinkan tersebut dimanfaatkan sejumlah oknum remaja untuk berpacaran hingga berbuat mesum di gedung itu. Sebagian juga ada yang memanfaatkannya menjadi wadah mabuk-mabukan.

Salah satu sudut dalam gedung. (foto: mdr/koranbanjar.net)

Dari penelusuran koranbanjar.net, Senin (1/7/2019) malam, ternyata di bangunan yang bernama gedung Pemuda ini dijaga oleh seorang preman. Dia berasal dari warga Banua Jingah.

Saat diwawancarai langsung, dia mengaku tujuannya sering berada di gedung Pemuda karena mengincar pasangan yang ingin mesum di gedung.

“Yang ingin mesum di sini harus izin dengan saya. Lalu saya akan izinkan tapi dengan syarat mereka harus bayar dulu ke saya,” tutur pemuda itu sambil mewanti-wanti agar koranbanjar.net tak menuliskan namanya.

Pria tersebut akan berulah apabila ada pasangan yang mesum di gedung Pemuda tanpa seizinnya. “Kalau ada yang mesum di sini tanpa izin dengan saya, saya palak mereka. Kalau tidak mau memberi, saya laporkan ke warga atau saya pukuli, tapi biasaanya mereka (pasangan mesum) mau saja memberi uang keamanan kepada saya Rp 20 hingga Rp 50 ribu,” ucapnya.

Menurut seorang warga Banua Jingah, Abu, perbuatan sejumlah oknum remaja yang bermaksiat di gedung Pemuda sangat mengganggu dan meresahkan warga setempat.

“Di bulan puasa saja ada yang berjualan di gedung itu pada siang hari. Kami warga Banua Jingah sebenarnya merasa terganggu karena gedung itu dijadikan tempat mesum, balanya menimpa satu kampung nantinya, tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya menegur para anak muda itu kalau kami melihat mereka sedang berada di gedung,” ungkap Abu.

Abu mengatakan dirinya bersama warga setempat lainnya mengharapkan pemerintah terkait bisa mendengar keluhan mereka yang resah akibat terganggu dengan perbuatan maksiat di gedung tersebut.

“Semoga pemerintah bisa mendengar keluhan masyarakat dan kemudian gedung itu bisa difungsikan kembali menjadi wadah yang positif,” harapnya. (mdr/dny)