Tak asing mendengar event popular seperti festival musik Java Jazz di DKI Jakarta? atau event bernuansa magis festival Cap Go Meh di Singkawang Kalimantan Barat? Di Kalimantan Selatan (Kalsel) selain Festival Pasar Terapung, kini ada Festival Loksado yang sudah setara dengan kegiatan tersebut.
Muhammad Hidayat, Loksado
Festival Loksado adalah kegiatan pariwisata budaya dan alam di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), mengambil dari nama wilayahnya sendiri, Loksado. Susur Sungai adalah salah satu kegiatan di acara puncaknya. Dilaksanakan Susur Sungai dengan perahu rakit bambu, yang bahasa setempat disebut lanting.
Balanting atau bahasa kekiniannya bamboo rafting, asal-usulnya berasal dari tradisi masyarakat pegunungan Meratus di Loksado, yang menjual hasil alam berupa bambu ke kota Kandangan hingga Kota Banjarmasin.
Cara mengangkutnya, dengan disusun menjadi perahu rakit, lalu dihanyutkan dan dikemudikan sepanjang Sungai Amandit. Pada akhirnya budaya tersebut menjadi potensi pariwisata lokal, dan menjadi ikon pariwisata di Loksado, Kabupaten HSS.
Dekade sekarang ini, banyak tersedia jasa lanting beserta jokinya, untuk pengunjung berekreasi. Biasanya bagi yang ingin menyewa dikenai tarif 250 hingga 350 ribu rupiah per lanting, yang bisa ditumpangi 3 orang.
Demi menjaga kelestarian budaya tersebut, pemerintah setempat menggelar kegiatan Bamboo Rafting setiap tahun. Tiap peringatan hari jadi Kabupaten HSS, diselenggarakan acara yang menyelaraskan pariwisata, budaya dan kondisi alam tersebut.
Festival Loksado pada 2019 ini, sudah termasuk dalam 100 Calendar of Event (Coe). Meskipun pertama kali digelar berlabel terebut, sebenarnya event Festival Loksado sudah 3 kali diselenggarakan Pemprov Kalsel bersama Pemkab HSS.
Seyogianya Festival Loksado digelar rutin tiap 6-8 September, dalam kalender nasional tersebut. Berhubung kegiatannya bersentuhan langsung dengan alam, maka 2019 ini diundur hingga akhir November.
Intensitas hujan yang belum mampu membikin debit air sungai menjadi tinggi, akan mempersulit jalannya lanting, bahkan memperlambat hanyutnya lanting. Sampai dilaksanakan acara pun air tetap surut, sehingga joki harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mendorong lanting.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) HSS, M Arlian Syahrial menerangkan, pada prosesnya melalui Pemerintah Provinsi, setiap tahun mengajukan Festival Loksado ke Kementrian Pariwisata.
“Ada berbagai atraksi, event yang diperlombakan. Semuanya sekitar 700 festival di tanah air, lalu dipilah-pilah, ada budaya, ekowisata dan sebagainya. Lalu mengerucut dan akhirnya kita festival Loksado ini termasuk di dalamnya,” beber Arlian.
Berbagai persyaratan ujarnya, harus dipenuhi untuk bisa menjadi bagian top 100 CoE tersebut. “Di Kalsel sendiri banyak event wisata dan sebagainya, tetapi itu belum tentu masuk di beauty kontes,” ucapnya.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Management CoE, Esthy Reko Astuti menuturkan, dalam mendapat bagian dalam top 100 CoE tidak mudah dan cukup repot.
Event yang masuk dalam CoE terangnya, harus dilakukan beauty contest dahulu. “Kalau seperti di DPR kan, pejabat harus mengikuti fit and proper test. Ini sama dengan penentuan 100 calendar of event,” ujarnya saat menghadiri puncak Festival Loksado 2019 Minggu (24/11/2019) pagi di wisma Alam Roh Tujuh Desa Loklahung, Kecamatan Loksado.
Pada penentuannya, suatu event dikurasi dan harus memenuhi standar 4C, yakni: memiliki nilai kreatifitas (Creative Value), nilai komersil (Commercial Value), nilai komunikasi (Communication Value), serta didukung oleh komitmen/keseriusan kepala daerah (CEO Commitment) dalam mengembangkan pariwisata daerahnya.
Tim kuratornya sendiri diungkapkannya, merupakan tokoh-tokoh professional dari budayawan dan sebagainya. Esthy menyebutkan diantaranya Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Media dan Komunikasi, Don Kardono (Communication-Media Value), Taufik Rahzen, koreografer Denny Malik, Presiden Jember Fashion Carnaval, Dynand Fariz, dan juga penari kenamaan, Eko Supriyanto (Creative- Cultural Value), serta Jacky Mussry (Commercial Value).
Sekdaprov Kalsel Abdul Harris Makkie menuturkan, Festival Loksado menjadi kebanggaan Kalimantan Selatan. Ia mengatakan, berharap Pemprov Kalsel dan Pemkab HSS bisa terus bersama-sama saling menguatkan, untuk pengembangan kegiatan tersebut agar lebih meriah lagi.
Bahkan, ke depan Festival Loksado akan berubah konsep menjadi ‘Tri Loksado’, yang menggabungkan Bamboo Rafting dengan ajang balap sepeda Tour De Loksado, serta direncanakan tambahan kegiatan tracking.
Kembali ke pernyataan Arlian, Tri Loksado yang menggabungkan olahraga dan rekreasi tersebut akan dipersiapkan matang agar pelaksanaannya lebih maksimal.
Konsepnya ungkapnya, dimungkinkan 3 kegiatan diselenggarakan dengan berbeda peserta, sehingga lebih banyak mendatangkan orang.
“Tidak mungkin juga peserta balap sepeda sudah menempuh ratusan kilometer sampai Loksado, kemudian melanjutkan jalan kaki,” ucapnya.
Waktu pelaksanaan ungkapnya, akan beriringan selama sekitar seminggu. Untuk jalur tracking sementara ungkap Arlian, bisa berjalan dari Loksado menuju wisata Air terjun Haratai. (*)