Religi  

Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Banjar Semakin Terpuruk

Ekonomi masyarakat di Kabupaten Banjar semakin terpuruk, setelah Covid-19 tak kunjung berakhir, ditambah bencana alam banjir terjadi di wilayah Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.

BANJAR, koranbanjar.net – Masyarakat Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan sepertinya harus terus bersabar pasca banjir melanda daerah tersebut. Ekonomi masyarakat kian terpuruk, usaha semakin sulit, pendapatan merosot, sementara kebutuhan hidup harus tetap ada.

Pasca banjir, hampir seluruh sektor bidang usaha yang menjadi mata pencaharian masyarakat semakin bertambah sulit, terutama di beberapa pedesaan. Seperti yang terjadi di wilayah Kecamatan Karang Intan, masyarakat rata-rata mengeluhkan keadaan ekonomi yang dialami setelah mengalami banjir. Seperti berkebun karet, kendati harga karet stabil, tetapi petani tak dapat memanen karet dengan maksimal.

SAYUR – Harga sayur naik, pedagang pun sepi.

“Masyarakat sih bisa menurih (menoreh) karet, semisal dari mulai batang pohon karet yang di atas (tinggi), tetapi bagaimana menempatkan wadah atau penampung karet di bagian batang yang di bawah, karena pohonnya terendam air. Walaupun harga karet sudah mencapai 7 hingga 8 ribu rupiah, tapi tak bisa memperoleh karetnya,” ungkap warga Desa Mali-Mali, Yohanadi kepada koranbanjar.net, pada Senin (15/02/2021).

Begitu pula pada sektor perikanan. Para penambak ikan banyak yang mengalami gulung tikar setelah keramba-keramba mereka terseret banjir bandang. Meski keramba di bagian atas terlihat utuh, tetapi ikan-ikannya malah sudah habis. Karena keramba-keramba rusak, ikan-ikannya lepas.

Sementara itu, para pedagang sayur di wilayah Sungai Tabuk juga mengalami kondisi ekonomi yang menyedihkan. Harga sayur-sayuran telah meroket, sedangkan daya beli masyarakat turun drastis.

Satu pedagang sayur di Sungai Tabuk, Patimah mengatakan, selama harga sayur naik, pendapatannya cendrung turun, bahkan merugi. “Bagaimana tidak, terong yang biasanya seharga Rp5.000 per kilogram, sekarang sudah Rp15.00O per kilogram. Yang lain harganya juga naik, seperti cabe rawit dan sawi. Sehingga pembeli sepi,” ucapnya.(mj-32/sir)