Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Kriminal & PeristiwaReligi

Duhh Kasihan, Balita ini Terlahir Cacat, Sempat Dijanjikan Pengobatan Gratis Namun Belum Kunjung Datang

Avatar
388
×

Duhh Kasihan, Balita ini Terlahir Cacat, Sempat Dijanjikan Pengobatan Gratis Namun Belum Kunjung Datang

Sebarkan artikel ini

MARTAPURA, KORANBANJAR.NET – Orang tua Diana Afifah mulai mempertanyakan keseriusan instansi terkait yang sudah berjanji akan memberikan pengobatan gratis kepada anaknya yang terlahir cacat.

Diana Afifah merupakan balita yang terlahir tidak normal. Bibirnya sumbing. Balita itu dilahirkan 13 Februari 2018 lalu dari perkawinan  Fadli dan Fitriah. Mereka tergolong warga yang tidak mampu di Desa Sungai Kitano RT 02, Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Banjar, Khairuddin pernah berjanji akan menangani serius Diana Afifah dengan bekerja sama Dinas Sosial Kabupaten Banjar, mengingat orang tuanya tergolong keluarga tidak mampu.

Lebih lanjut, orang tua Diana juga mengaku dijanjikan akan diberikan jaminan berobat gratis. Salah satu langkahnya nanti akan memasukan BPJS ke program Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN atau PBI APBD.

“Dari dinas terkait tidak ada datang, atau sekedar menanyakan apa yang saya butuhkan, atau gimana nanti persyaratannya, supaya nantinya saya tidak  kebingungan,” ujarnya kepada koranbanjar.net, Selasa (10/4).

Akhirnya Fadli memutuskan untuk meminta bantuan kepada aparat desa setempat agar dibikinkan kartu jaminan kesehatan dari Pemerintah. Fadli mengaku tidak mampu jika harus membikin jaminan kesehatan BPJS berbayar tiap bulan.

”Kalau berbayar tiap bulan saya tidak sanggup membayarnya,” katanya.

Sampai saat ini dirinya tidak mengetahui bagaimana kejelasan nasib anaknya. Kapan tindak operasi akan  dilakukan. Ia pun sudah mempersiapkan segala berkas persyartan andai suatu saat nanti ada bantuan dari instansi terkait.

“Selain itu saya juga mencari-cari informasi di mana-mana untuk penyembuhan anak saya,” tuturnya.

Fadli pun mendapatkan informasi dari temannya tentang adanya rumah sakit yang memberikan layanan operasi gratis untuk penderita bibir sumbing. Rumah sakit dimaksud itu adalah RS Medika Center yang berada di Jl Pahlawan No 15 Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

“Saya dapat informasi operasi gratis bibir sumbing itu dari teman satu pekerjaan dulu. Setelah saya telusuri lewat jejaring sosial Facebook ternyata memang benar adanya. Saya pun dapat berkomunikasi langsung dengan Dokter Hartono spesialis menengani penderita bibir sumbing,” papar pria buruh bangunan ini.

Namun, proses mendaftarkan anakanya itu tidak semudah yang dia bayangkan, selain harus menempuh perjalanan jauh, ia pun harus membayar biaya menginap paska operasi selama 10 hari dengan jumlah uang 3,5 juta rupiah. Sedangkan saat ini saja ia mengaku sudah satu bulan tidak bekerja.

“Masalahnya, saya tidak lagi bekerja belakangan ini. Andai kerja juga dengan biaya segitu ke mana saya mencarikan. Ketika dipanggil pihak rumah sakit, ternyata uangnya belum siap, itu bisa dicoret anak saya dari daftar operasi gratis,” tuturnya lagi.

Kalau, lanjutnya lagi, sudah pernah terdaftar di RS Medika Center itu selanjutnya tidak mungkin lagi bisa mendaftar ulang, kecuali masuk umum, namun harus mengeluarkan biaya operasi sekitar Rp 45 juta.

“Jadi kata dokternya, jika masuk umum dana operasinya sekitar Rp 45 juta. Itu sekali oprasi. Sedangkan anak saya harus 3 kali operasi. Soalnya bibir, rahang atas dan gusi. Kalau gusi itu harus ke lain lagi, karena di sana cuma menangani bibir sumbing dan langit-langitnya,” ungkapnya

Diana Afifah kemungkinan tidak akan bisa berbicara secara normal jika terlambat dilakukan operasi.

“Kata Dokter Hartono lagi, bila sudah berusia 6 bulan anaknya tidak akan bisa berbicara normal meski pun sudah dilakukan operasi. Hal itu berbanding terbalik dengan pernyataan rumah sakit di sini yang menyarankan tindak operasi dilakukan setelah usia anak 6 bulan,” jelasnya lagi.

Dia mengharapkan kepada instansi terkait khususnya Pemerintah Kabupaten Banjar, agar mau membantunya, mengingat biaya menginap yang cukup berat baginya, ditambah harus menempuh jarak yang jauh menuju Kandangan.

“Andai bisa di rumah sakit di sini saja, soalnya dekat. Pun, kalau bisa dirawat di rumah saja, karena biaya menginap di sana sangat mahal. Jadi  mohon dibantu biaya menginap selama di RS Medika Center,” tutupnya. (zdn/dra)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh