BANJARMASIN,KORANBANJAR.NET – Walaupun Pertamina dan Hiswana Migas mengeluarkan peraturan untuk tidak menjual gas elpiji (LPG) bersubsidi di atas harga eceran tertinggi (HET), namun masih ada saja pangkalan penjualan elpiji 3 kilogram yang berani menaikan dari harga yang di tetapkan oleh salah satu perusahaan BUMN tersebut.
Berdasarkan hasil investigasi Koranbanjar.net dalam beberapa bulan ini,telah ditemukan dua pangkalan gas melon yang berada di kawasan Banjarmasin Selatan, diduga telah melakukan penjualan elpiji bersubsidi kepada masyarakat dengan harga melebihi Rp17.500.00.
Berikut ada beberapa kesaksian warga yang membeli gas bersubsidi kepada pangkalan yang berani bermain harga tersebut.Salah satu warga Antasan Bondan Komplek Al Azhar yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan bahwa ada salah satu pangkalan milik wargs di Jalan Tembus Mantuil Antasan Bondan yang menjual gas bersubsidi 3 kilogram kepada warga dengan harga 20.000 per biji.
“Sebenarnya kan tidak boleh pangkalan menjual di atas harga 17.500 ,tetapi pangkalan disini menjual kepada warga dengan harga 20 ribu,terus misalkan kalau agen mendatangkan 150 biji, yang dijual cuman separuh, sisanya distok,entar ada yang datang berani membeli dengan harga lebih dari 20 ribu, 22 ribu bahkan 23 ribu,” ungkapnya yang rumahnya tidak jauh dari pangkalan tersebut.
Hal Ia ungkapkan ketika diwawancarai oleh koranbanjar.net yang melakukan penelusuran mengenai adanya permainan harga gas bersubsidi 3 kilogram di beberapa pangkalan khususnya wilayah Banjarmasin Selatan, Kamis (10/01/2019).
Sedangkan di luar pangkalan harga elpiji 3 kilogram mencapai 30 ribu sampai 35 ribu per biji,masih menurut warga tersebut Ia terpaksa harus merogoh uang 30 sampai 35 ribu untuk mendapatkan elpiji agar istrinya bisa memasak buat keluarganya.
“Kita kan hanya punya satu tabung pak, walaupun gas datang di pangkalan,tetapi gas di rumah belum habis mau gimana, akhirnya harus membeli di luar dengan harga yang jauh lebih tinggi lagi dari pangkalan,30 ribu bahkan ada yang jual 35 ribu,yang namanya kita perlu mau gak mau ya harus beli” keluhnya.
Kasus lain juga ditemukan pada pangkalan di Jalan Tembus Mantuil Kelurahan Basirih Selatan. Pangkalan yang berada di bawah pembinaan Agen PT Sabran Damai Bersama tersebut juga diduga telah melakukan pendongkrakan harga elpiji bersubsidi 3 kilogram.
Memang tidak banyak naiknya hanya Rp 500 dari harga yang telah ditentukan Rp17.500, namun yang namanya peraturan untuk tidak menaikan harga HET yang ditetapkan Pertamina, maka tetap dikatakan itu adalah suatu pelanggaran.
Terbongkar dari seorang yang mengaku adalah pelanggan tetap pangkalan itu, engan mengatakan langsung kepada koranbanjar.net bahwa dirinya diberi harga 18 ribu untuk dia jual kembali(pengecer) seharga 25 ribu kapada masyarakat yang tidak sempat atau kehabisan di pangkalan.
Selain itu lelaki yang biasa dipanggil Amang Hendra yang berdekatan dengan lokasi pangkalan di Gg Hariti Kelurahan Basirih Selatan, mengaku sudah 10 tahun menjadi pelanggan tetap pangkalan tersebut.
Ketika ditanya berapa biji tabung dikasih oleh Pangkalan itu untuk dirinya, Amang Hendra menjawab dengan polos “awalnya ketika baru berlangganan,gas masih rami dan kadang banjir,kita dikasih sampai 30 biji,sekarang sudah gak bisa lagi paling banyak 20 biji aja dikasih dengan harga 18 ribu,” ujarnya sehari sesudahnya, Jum’at (11/01/2019) pukul 19.00 wita.
Salah satu warga yang lain juga mengungkapkan hal yang sama bahwa mereka membeli gas melon tersebut seharga 18 ribu. “Kami membeli harga 18 ribu juga,” ucap warga tersebut.
Pada hari Minggu (20/01/2019) kira-kira pukul 17.00 wita atau jam 5 sore mendatangi pemilik pangkalan untuk meminta konfirmasi terkait pernyataan warganya.
Ketika ditanya kepada langsung apakah benar Ia menjual gas bersubsidi kepada masyarakat di wilayahnya dengan harga yang lebih tinggi?
Selain tidak mengakui ucapan warganya, penjua malah mengaku sering difitnah yang macam-macam dengan alasan orang ingin menjatuhkan usahanya.
“Kami ini kerap kena fitnah,dibilangin kami melayani pengecer pakai tosa lah,padahal tidak ada,untuk warga kami sendiri aja kadang tidak cukup, bagaimana melayani orang luar,apalagi pengecer” tambah istrinya yang bernama Hj.Mrdh.
Namun Ia tidak menyangkal telah melayani pengecer yang menjadi pelanggannya,walaupun menurutnya pengecer tersebut adalah warganya bahkan dia mengatakan telah melayani 3 pengecer.
“Kami memang melayani 3 pengecer,tetapi mereka bukan orang luar melainkan warga kami disini juga” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan tim investigasi koranbanjar.net masih terus melakukan penelusuran beberapa pangkalan yang terindentifikasi melakukan penyalahgunaan gas bersubsidi.(al/sir)