Mental baja dan hati mulia, begitulah kira-kira ungkapan yang cocok untuk seorang Darmawan Jaya Setiawan, yang dilantik menjadi Wakil Walikota Banjarbaru sejak dua tahun silam. Kesuksesan yang diraihnya saat ini merupakan buah manis dari perjuangan jatuh bangun kehidupannya di masa lalu.
Banjarbaru, Slamet Riyadi
Pada saat memberikan materi dalam acara audensi dengan pelajar siswa dan siswi dari SMA IT ANIC Banjarbaru di Aula Idaman, Selasa (13/03), beliau menceritakan sekelumit kisah lika-liku perjalanan kehidupannya kepada siswa dan siswi yang hadir dalam acara tersebut sebagai pembelajaran bagi mereka.
Bercita-cita sebagai seorang wirausahawan, impiannya harus tertunda lantaran belum diizinkan oleh orang tua dengan alasan kehidupan seorang pengusaha itu fluktuatif kadang berada diatas namun suatu saat bisa jatuh kebawah. Beliau menyadari kehendak orang tua adalah yang terbaik dan menjadi sebuah keharusan bagi beliau untuk mengabulkannya.
“Dulu sewaktu sekolah selalu menuruti orang tua, apa yang dikehendaki orang tua harus dituruti, saya habis lulus SMA mau jadi pengusaha saja tapi ibu tetap tidak mengizinkan, kata beliau saya harus menjadi pegawai,” ungkapnya sembari tersenyum.
Bermodalkan niat yang mantap, beliau memulai karirnya dibidang wirausaha dengan berjualan koran dari uang jatah bulanan yang disisihkannya. Selain jualan Koran, beliau juga jualan pakaian di lingkungan kampus.
“Saya antre di pusat jualan koran di Banjarmasin, lalu saya jual kalau laku kita dapat bagian, kalo tidak laku ya dikembalikan. Satu sisi saya pengen jadi pengusaha, tapi disisi lain juga tidak ingin mengecewakan orang tua jadi dua-duanya jalan keinginan kita jalan, keinginan orang tua juga jalan,” imbuhnya.
Beliau yang pernah bekerja menjadi pegawai bank selama 4 tahun, memutuskan untuk keluar dari bank tersebut karena hasrat berwirausaha yang tidak bisa dibendung lagi. Sempat menjadi pengusaha batu-bara namun tidak cocok, selanjutnya Wakil Walikota yang akrab disapa Jaya ini mencoba peruntungan usaha di bidang sembako. Sempat mengalami keberhasilan namun ditengah jalan mengalami kegagalan.
“Sampai jualan minyak goreng dalam kemasan dan jualan gula pasir keliling, jadi dulu beli gula pasir 1 ton ditimbang sendiri dan dijual keliling. Termasuk jualan minyak dan gulanya ke bank tempat dulu saya bekerja. Saya tidak pernah malu melakukan apapun selama pekerjaan itu halal dan dibenarkan oleh agama”, jelasnya.
Mencoba bisnis dibidang properti, lagi-lagi beliau mengalami kegagalan. Namun dengan keyakinan tinggi beliau mencoba bangkit kembali dengan keyakinan setiap kegagalan yang dihadapi selalu digantikan dengan yang lebih baik lagi.
“Dalam setiap kegagalan bapak tidak pernah mengeluh, walaupun seberat-beratnya suatu masalah pasti ada hikmah dibaliknya, dan yang paling penting selalu bersyukur dengan keadaan kita karena jika kita tengok kebawah, masih banyak yang belum seberuntung kita”, tutupnya.(*/ana/kie)