Tak Berkategori  

Demi Lestarikan Budaya Badandang, Warga Rawati Kumpulkan Dana Sendiri

Usaha melestarikan budaya tradisional Badandang atau laying-layang oleh warga Kampung Rawati patut diacungi jempol. Pasalnya, demi mengumpulkan dan menyambung tali silaturrahmi. Sesama pecinta layang-layang dandang, mereka bergotong-royong mengumpulkan dana.

Muhammad Hidayat, Simpur

Di tengah kabut tipis menyelimuti langit sore akibat Karhutla, ribuan masyarakat berkumpul di persawahan Kampung Rawati Desa Panjampang Bahagia, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Minggu (8/9/2019).

Mereka tidak hanya dari dalam daerah, tetapi juga para pecinta layangan dandang dari daerah tetangga seperti Kota Binuang, Rantau dan lainnya.

Masuk ke lokasi kegiatan hanya dipungut sumbangan sukarela. Tidak ada yang memungut bayaran parkir kendaraan. Meski begitu, tetap aman. Tidak ada terdengar kabar tidak diinginkan.

Lebih ratusan layangan dandang unik didatangkan dari berbagai daerah. Mulai dari ukuran super besar, kreasi bentuk aneh, gambar-gambar kartun dan gambar lainnya, hingga bertuliskan kata-kata nyeleneh.

Membawanya ada yang mengangkut dengan mobil pickup, hingga dandang sangat besar seukuran badan truk, yang hanya bida diangkut dengan truk juga.

Dandang adalah jenis layangan ukuran jumbo, rangka terbuat dari bilah bamboo. Yang menjadi cirri khasnya adalah bunyian ‘mengiung’ dari alat yang disebut kukumbangan.

Kukumbangan biasanya terbuat dari bambu batung Kalimantan. Masing-masing memiliki cara rahasinya untuk membuat kukumbangan agar menghasilkan bunyi yang paling bagus.

Mencari bambu terbaik biasanya terdapat di pegunungan. Tetapi saat ini masih banyak memakai kukumbangan yang dibuat dari zaman dahulu. Ada yang dari warisan ataupun membeli untuk bisa bersaing jika ada perlombaan.

Menurut beberapa sumber mengatakan, dandang adalah budaya yang berasal dari masyarakat Kandangan dan sekitarnya. Pada zaman dahulu, masyarakat percaya, dengan menerbangkan dandang, akan mendatangkan keberuntungan untuk sawah di kampung itu, sehingga saat ditanami akan diberikan kesuburan dan hasil yang bagus.

Cara menerbangkannya tidak bisa dilakukan sendirian, sebab harus ada dua hingga tiga orang yang menenteng dandang sebelum tali ditarik. Setelah terbang biasanya ada yang dibiarkan terbang semalaman, bahkan adapula yang menambahkan lampu hias sehingga kelihatan saat terbang di malam hari.

Saat ini, upaya melestarikan budaya itu sering diadakan event badandang. Paling sering dilakukan di Rantau dan Binuang, sebab dua daerah itu banyak penyokong dana. Di Desa Panjampang Bahagia sendiri, terakhir kali melaksanakan dua tahun lalu.

Dahulu yang diperlombakan adalah beradu bunyi kukumbangan dari dandang mana yang terbaik. Tetapi saat ini kebanyakan hanya berdasarkan undian peserta, sehingga meski banyak yang mendaftar, tidak semuanya menerbangkan dandangnya.

Hari itu angin tidak bertiup kencang, sehingga tidak semua dandang bisa terbang. Banyak dandang unik ditampilkan, dari yang bahannya menggunakan kain parasut, hingga barang bekas seperti ekor terbuat dari spanduk partai politik.

“Kalau yang ikut 25 sampai 30 saja bisa kita adakan lomba adu bunyi, tetapi kan yang ikut ratusan, jadi sekarang biasanya hanya undian saja,” ujar Muhammad Husaini, ketua panitia event badandang di Kampung Rawati.

Diakuinya, event yang bebas diikuti siapapun dengan pendaftaran gratis ini, panitia tidak menyediakan undian hadiah. Hal itu disebabkan keterbatasan dana, tidak ada bantuan siapapun dan tidak ada sponsor dari manapun.

Malah, Husaini mengungkapkan masyarakat kampung Rawati bergotong-royong jadi buruh tani, seperti memanen dan mengangkut padi yang hasilnya dikumpulkan untuk pelaksanaan acara itu. Meski hasilnya masih belum cukup untuk memberikan hadiah kepada peserta.

“Kita yang penting tujuannya menjalin silaturrahmi sesama pecinta dandang, serta melestarikan budaya masyarakat sejak dahulu,” ujarnya.

Kendati demikian, event sederhana dan meriah tersebut sukses menyita perhatian ribuan manusia untuk datang. Pedagang jajanan yang mendengar ada event itu pun banyak berdatangan, ikut meramaikan sekaligus mengais rejekinya.

Husaini mengungkapkan, tak diduga dari perkiraannya, peserta yang mendaftar sebanyak 103 orang atau tim. Jumlah dandang yang didatangkan lebih dari 500 unit.

Seorang peserta dari Binuang Jihan berharap, dengan event seperti ini kelestarian badandang bisa terus terjaga. Diharapkannya, event badandang di tanah kelahiran budayanya, bisa lebih ditingkatkan dengan suntikan dana dari berbagai pihak. (*)